Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Selasa, 30 Juni 2015

Bersemayamlah dan Luruhlah dalam Jiwaku

Tersimpan dan terpatri dalam benakku tentang aromamu dan nuansa celotehmu. Aromamu telah menjadi candu bagi hidungku untuk menangkap wangi itu. Celotehmu telah meraba gendang telingaku hingga terbangun. Pikiranku menjadi liar untuk memangsa sesuatu yang terkandung dalam setiap ucapanmu. Semuanya merasuk dan tak sanggup lagi tercabut dari hidupku.

Bersemayamlah semua itu menjadi bagianku. Luruhlah ke dalam relung jiwa yang sedang berongga. Mengungkap semuanya dari dalam hingga aku bisa keluar untuk bercahaya dan bersinar. Mengerling untuk melihat lebih tajam dengan retina yang masih belum terlatih. Aku sedang merasakan gelora di dalam dan bergejolak sembari melewati lorong jiwa.

Tersingkaplah segala keraguan yang sedang mengancam. Sebuah keinginan yang sedang kuperjuangkan. Mungkin akan terjadi peperangan dan menenggak beberapa korban. Biarlah jiwaku berkorban untuk menimba sumber cahaya dan sinar yang saat ini tersimpan dalam kegelapan. Walaupun sumber cahaya dan sinar itu pasti akan kelihatan dalam gelap berapapun kecil kekuatannya. Akan tetapi sumber cahaya dan sinar  itu bukanlah sumber cahaya dan sinar yang sesungguhnya karena masih meringkuk dan tak berani keluar. Saat ini sumber itu masih tertahan dalam lorong jiwa dan mungkin bisa saja terdampar hingga terisolasi  ke sudut ruang yang rimba dan redup lalu mati di sana.

Bersemayamlah kamu dan luruhlah kamu ke dalam jiwaku untuk menimba sumber yang saat ini sedang ragu  terbit menjadi penyebar cahaya dan pemancar sinar.