Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Jumat, 15 Juli 2016

Buat Apa

Buat apa mencintai orang yang mencintaimu? Semua orang melakukan hal itu. Akan tetapi buat apa mencintai orang yang tidak ingin dicintai. Mungkin saja bagimu itu cinta dan baginya bukan cinta!

Segala yang kamu lakukan. Apapun itu. Selalu ada yang siap menghardik. Bahkan hal baik sekalipun. Bagimu mungkin itu baik dan baginya itu tidak baik. Selalu saja seperti itu. Lalu apa yang harus kamu lakukan bila apapun yang kamu lakukan selalu saja menuai ancaman dan ketidaksetujuan? Buat apa?

Tidak ada yang percuma. Setidaknya dunia diisi orang-orang yang beragam. Selalu seru membuatnya menjadi ramai. Berisik. Lakukanlah. Kadang kamu tidak pernah tahu buat apa.

Tidak harus pula kamu memberi karena sudah menerima bukan? Tidak harus pula kamu mencintai karena sudah dicintai bukan? Walaupun cintamu tidak selalu diterima sebagai sebuah cinta. Tidak ada yang salah. Biarlah bumi berputar dan berisik. Kita tidak akan pernah tahu buat apa. Karena semuanya juga bisa dibuat-buat. Mengapa harus memikirkannya?

Selasa, 12 Juli 2016

Sudah Seperti Bernafas

Banyak yang berceloteh. Mengumpat. Makian! Bahkan mengangkat satu alis matanya. Sedikit menghembuskan nafas tengilnya. Mungkin terlontar senyum sinisnya pula. Ini adalah kebebasan mereka yang tidak perlu terlalu dalam kau campuri dan biarkanlah mereka menunjukkan dirinya. Memaparkan jati dirinya. Mendirikan eksistensinya.

Menulis. Tulisanmu seperti sebuah permohonan. Kamu panjatkan setiap saat sampai-sampai lupa bahwa ada permohonan yang sudah terkabulkan. Bila kamu menganggap lahirnya tulisan adalah sebuah permohonan yang kadang sampai merengek minta perhatian. Jangan pernah membaca!

Justru bukankah tulisan adalah sebuah bentuk perhatian. Kepadamu. Celetukku. Ini adalah sebuah perhatian tanpa meminta balasan. Bila kamu ingin diperhatikan. Bacalah!

Baiklah. Aku menulis di saat aku bersedih. Namun di saat bersuka, aku pun melakukannya. Di saat aku penuh. Di saat aku kosong. Di saat aku ramai. Di saat aku sepi. Ini sudah menjadi seperti nafas. Bila nafasku bau, janganlah engkau menciumnya. Menjauhlah. Bila kamu ingin menghentikannya. Lakukanlah bila mampu.

Di kala ide tidak ada. Aku akan mencarinya. Walau kadang kala idelah yang mencari. Dia hanya hinggap sebentar lalu aku akan menerbangkanya. Layaknya sebuah burung yang bebas dan aku tidak pernah peduli lagi ke mana burung itu akan terbang.