Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Minggu, 13 November 2016

Pertemukanlah

Aku sangat menginginkan hujan membasahi sekujur tubuhku hari ini. Aku berkeliling mencarinya dan ini adalah waktu yang tepat. Pikirku. Aku membayangkan betapa nikmatnya. Tanpa jas hujan dan tanpa ketakutan. Hanya kebahagiaan. Akan tetapi aku tidak menemukan. Hanya sedikit saja air yang jatuh. Rupanya titik-titik air itu belum jatuh cinta pada keinginanku.

Ketika aku tidak menginginkannya. Mendung datang bertubi-tubi dan menjadi pemandangan yang menyeramkan. Belum sempat aku berhenti membenci. Hujan segera menghampiri. Membasahi. Melukai.

Kadang aku tidak menginginkan hujan. Kadang aku sangat menginginkannya. Mendambakannya. Namun aku bukan pencipta hujan. Aku hanya bisa menginginkannya. Tidak bisa membelinya. Hanya bisa mengharapkannya. Benar-benar belum berjodoh. Siapakah yang punya kuasa mempertemukan kita?

Mungkin besok aku sudah membencinya! Tidak ingin bertemu dengannya. Jangan-jangan hujan telah lebih dulu membenciku. Hari ini. Hari di mana dia tidak mau bertemu denganku.

Rabu, 02 November 2016

Mengunjungi Diri Sendiri

Siapa berkelakar bahwa tubuh adalah penjara jiwa? Siapa berujar bahwa sebenarnya jiwa menjadi penjajah abadi tubuh?

Jalan untuk menyatukan mereka pasti ada karena mereka bisa bekerjasama dengan baiknya. Mereka telah menjadi satu sejak tangis pertama terjadi. Seiring berjalannya waktu mereka bisa saling jatuh cinta dan mereka juga pernah merasakan bagaimana rasanya berada dalam perbedaan.

Ada tubuh-tubuh yang tidak mendukung jiwa. Ada jiwa-jiwa yang tidak menghargai tubuh. Mereka saling menyalahkan dalam kesatuan.

Ketika dalam perjalanan. Apa yang paling mengesankan? Tiap orang punya pengalamannya masing-masing. Tidak salah bila aku harus memilih menikmati perjalanan pada lorong-lorong jiwaku, puncak gunung emosiku, lautan harapanku, sudut-sudut gelap ketakutanku, atau mungkin cahaya yang bersinar di pucuk hatiku. Kuhapus semua lelahku untuk terus melakukan perjalanan pada malam-malam saat aku dalam ruangan berkasur itu.

Ritual mengunjungi diri sendiri. Kematian sisakan tulang bila hidup hanya seturut daging!