Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Rabu, 29 Juni 2016

Penjual Topeng Kebanjiran Pembeli

Setiap waktu orang ingin terlihat lebih menarik. Lebih bersahaja. Hampir setiap waktu orang ingin mengenakan wajah yang lain. Seandainya saja ada penjual topeng. Pastilah penjual itu akan kebanjiran pembeli karena orang ingin selalu berganti wajah. Mengapa? Agar dia tidak terasing dari kerumunan. Agar dia mudah berelasi? Agar dia semakin jauh dari dirinya sendiri?

Topeng?
Aku sedikit sanggup membedakan mana yang topeng dan mana yang bukan. Mungkin lebih tepatnya merasakan.

Coba kamu pertanyakan, apakah yang dimaksud dengan diri yang asli bila kita selalu saja berkembang. Semoga menuju ke arah yang baik. Baik? Sedikit relatif memang. Kebaikan seperti apa? Kebaikan yang ditentukan sudah menjadi milik golongan yang merasa dirinya lebih kuat bukan?

Akan tetapi topeng jelas berbeda dengan memerankan posisi.
Seandainya kamu paham bermain sepak bola. Ketika kamu menjadi penjaga gawang, pasti kamu akan lebih memerankan tanganmu. Namun bila kamu menjadi seorang ujung tombak, kamu akan memainkan kakimu semaksimal mungkin, kepalamu juga. Itulah yang aku maksud dengan memerankan posisi.

Jadi pahamilah mana yang topeng dan mana yang bukan. Perankanlah posisimu saat ini sebaik mungkin. Itu bukan topeng. Hal itu akan membuatmu lebih menarik namun tetap asli dan kamu akan memahami dirimu. Tidak akan terasing dari kerumunan dan tidak akan menjauh dari diri.

Selasa, 28 Juni 2016

Ide Membusuk dalam Kepala

Genap waktunya mengeluarkannya. Biarkan dia tidak hanya terperangkap dan terpenjara di dalam kepala. Semua perkara selalu saja membutuhkan sesuatu hal penting yang dari kepala itu. Akan tetapi bukan berarti cemerlangnya yang ada di dalam kepala itu adalah sebuah jaminan.

Kadang ketika terlalu gencar dan bersemangat untuk mengeluarkannya. Tangan menjadi bisu dan melakukannya menjadi hal yang sulit. Semakin banyak orang berkobar ketika berbicara akan tetapi menjadi padam saat melakukannya.

Apakah yang seharusnya dilakukan. Berhenti mengeluarkan ide? Itu gila! Jangan pernah berhenti mengeluarkannya karena bila kamu berhenti maka itu akan menjadi sia-sia dan busuk di dalam kepala. Tentu bau itu tidak kamu inginkan. Jangan pula kamu biarkan kecemerlangan itu menguap begitu saja.

Sekarang seimbangkanlah. Bukan waktunya untuk menjadi mulut besar saja. Sudah terlalu banyak yang seperti itu.

Minggu, 26 Juni 2016

Sangat Spesial

Jadikanlah yang paling kamu benci bila tidak bisa menjadi yang paling kamu cintai. Seperti itulah! Sangat tidak suka hal yang biasa-biasa saja. Apalagi bila harus ada duanya. Ada yang lainnya. Lebih memilih menjadi yang salah satu saja meskipun tidak baik. Akan tetapi hanya satu. Semua itu seringkali aku dengar dari mulut pencemburu.

Sangat tidak menyenangkan memang bila ada duanya. Sepertinya dia punya kuasa! Sepertinya dia memiliki segalanya hingga sanggup memperlakukan dengan seenaknya! Enak? Maka jadikanlah basi agar dia tidak bisa menikmati. Jadilah yang paling dia benci namun di kepalanya hanya ada kamu. Kamu yang merasuk ke dalam kepalanya dan rasanya lewat kebencian itu. Pintu masuk itu bisa saja membawamu pada sesuatu yang spesial. Mungkin?

Suatu ketika ada dua dan mungkin juga tiga. Kepada siapakah kamu harus menaruh hal yang bisa kamu letakkan? Apakah kamu masih akan membagi-baginya? Padahal kepadamu, mereka semua memberikan segalanya.

Sebebas burung terbang dari ranting yang satu ke ranting yang lain. Sebebas burung ada pada dahan yang satu dan dahan yang lainnya. Sebebas burung berdiam pada pohon yang satu dan pohon yang lainnya. Percayalah makhluk itu juga punya tempat khusus yang spesial bagi hidupnya. Alam bebas? Langit yang spesial!

Selasa, 21 Juni 2016

Matahari Tidak Tahu Caranya Menjadi Rasis

Apakah dia akan memilih kepala siapa yang harus di sengat dan kepala yang mana yang tidak akan mendapatkan sengatan panasnya saat terik siang?

Cara kita berlaku pasti berbeda dengan matahari. Bila kamu menyadari bahwa dirimu punya cahaya, kamu akan menyinari orang-orang yang berkepentingan denganmu. Seandainya saja kepentingan itu sudah tidak ada maka jangan pernah mengharapkan sinar itu akan menghampirimu. Terimalah saja. Dia bukan matahari yang ada di atas sana.

Matahari yang terbit dari timur itu selalu memancar tanpa rasa takut atau segan. Bila kamu mengumpat kepadanya atau kamu memujinya, kamu akan tetap mendapatkan sinarnya. Dia tidak peduli karena yang dia tahu, dia harus bersinar. Entah kepada siapapun juga.

Sedangkan kamu?

Kamu tahu bahwa terang itu indah namun gelap juga bukan sesuatu yang buruk. Bila kamu menganggap dia adalah mataharimu dan dia sudah tidak lagi menyinarimu namun mengantarmu ke dalam situasi gelap, kamu tidak berhak menuntut apapun. Mungkin sinarnya sudah memancar kepada sesuatu yang lain. Ingatlah kamu juga punya sinar! Kegelapan masih manantikan kadatanganmu. Carilah dia!

Minggu, 19 Juni 2016

Belajar Bahasa Indonesia

Nama saya Pulalo. Saya lahir di Jamaika. Di sana pula saya dibesarkan. Sekarang saya sedang di Indonesia. Sekarang saya sedang belajar bahasa Indonesia. Sekarang saya sedang belajar tentang cinta. Sekarang saya ingin berkata-kata.

Saya sangat senang dengan kata-kata yang memiliki sinonim. Bagi saya itu unik sekali. Sama namun pasti ada perbedaannya. Hari ini saya hanya ingin berbicara tentang kata "perhatian." Saya tahu bahwa itu adalah kata benda, maklumlah saya paham karena saya telah belajar bahasa. Biasanya dari kata benda, pasti ada kata kerjanya.

Kata kerjanya adalah "memperhatikan." Mungkin kata kerja itu berakar dari kata "melihat." Anda pasti paham tentang jenis-jenis kata kerja dari kata itu. Misalnya saja, "memperhatikan" atau "mengintai" atau "mengamati" atau "mengawasi." Sebenarnya masih banyak lagi.

Masalahnya saya tidak hanya ingin berbicara tentang bahasa. Saya ingin berbicara tentang cinta. Dalam cinta sudah pasti ada "perhatian." Siapa yang tidak membutuhkan "perhatian" ketika saling mencintai? Sayangnya ketika sudut pandang cinta itu sudah tidak ada, segala hal yang kamu lakukan termasuk "perhatian" sanggup berubah makna.

Misalnya saja "perhatian" itu akan berubah menjadi semacam "pengintaian" atau "pengamatan" atau  "pengawasan." Jadi ketika kalian semua ingin menyebarkan atau memberikan "perhatian" maka Anda juga beresiko nampak sedang melakukan "pengintaian" atau "pengamatan" atau "pengawasan." Paham?

Kamis, 09 Juni 2016

Selalu Takluk Kala Malam Tiba

Penyiksaan yang tiada habisnya. Membumbung tinggi tidak terjangkau hingga sulit dikendalikan. Sepertinya segala daya telah dikemudikan oleh sesuatu yang entah ada di mana. Korban yang hanya mengalami siksa tanpa tahu siapa sebenarnya yang menjadi penyiksa.

Bila malam tiba. Berjuang sekeras apa pun musuh itu tetap datang dan selalu saja mengalahkan. Aku selalu takluk dengannya.

Aku dulu sangat mencintai malam dan kini aku baru merasakan bagaimana puncak kebencianku pada saat bintang-bintang berhamburan di langit. Sempat menjadi penguasa malam yang tidak pernah terusik oleh apapun namun akhirnya sekarang malamlah yang menguasaiku. Malamlah yang menaklukkanku. Apakah malam sedang melakukan balas dendam?

Ketika malam tiba. Aku selalu berpikir tentang pagi hari. Berpikir tentang esok hari. Berpikir tentang matahari baru dalam hidupku.

Senin, 06 Juni 2016

Menembus Dinding Penuh Warna

Malam ini aku melihat segala sisi dinding kamarku. Penuh warna namun hampir semuanya adalah luka. Kesakitan. Ini benar-benar dinding kebohongan yang menampilkan permainan warna yang sebenarnya bercerita tentang segala kesedihan di dalam perjalanan. Terima kasih buat kalian yang telah menyumbangkan segala sakit. Terima kasih buat kalian yang sudah menyumbangkan warna-warna pada dinding.

Aku sengaja menempelkan semua cerita itu. Aku sengaja menantang diriku. Menantang kekuatanku. Ternyata aku masih lemah. Aku masih tidak kuat menembus dinding kamarku. Aku masih terkurung dengan warna-warni kepalsuan. Aku pikir diriku sanggup menembus dinding ini namun ternyata cerita di balik semuanya terlalu perkasa untuk aku lawan.

Aku bisa saja menanggalkan segala warna pada dinding ini namun aku masih ingin belum melakukannya. Aku masih ingin sampai pada puncak kesakitanku.

Aku masih belum bisa menembus dinding penuh warna. Padahal di luar sana pasti ada warna-warna kejujuran yang siap menyambutku. Aku pun siap untuk menerima warna-warna kepedulian dan penuh cinta itu. Warna yang memancar dari kepribadianmu. Pikiranmu dan hatimu. Semoga aku menemukan kamu, kamu yang sesungguhnya berwarna bagi hidupku.

Sabtu, 04 Juni 2016

Tidak Ada Salahnya Menimba Ilmu dari Pembunuh

Hukumnya haram. Pembunuh itu tidak pernah menatap mata korbannya. Mata yang memancarkan segala rasa dan cerita. Bahkan luka. Mungkin bahagia. Akan tetapi yang pasti ketika berhadapan dengan pembunuh adalah situasi yang menakutkan. Kecuali bila kamu memang ingin dibunuh.

Menatap mata membuatmu bisa berlama-lama membayangkan dirinya. Mengingat sejenak pun akhirnya menjadi terlalu lama. Terbayang terus-menerus wajahnya. Padahal kamu akan bernostalgia karena dibalik retinanya ada cerita yang membuatmu harus selalu memikirkannya. Manusia sulit sekali melupakan. Hanya lupa yang bisa menolongnya, tidak sadar menjadi tidak ingat.

Bila kamu yakin dia bersamamu, tataplah matanya benar-benar. Kamu akan abadi bersamanya. Bila kamu tidak yakin, jangan sekali-kali mencoba mendalami matanya karena ketika dia meninggalkanmu, kamu tidak akan kesulitan beranjak pergi ke tempat yang semestinya. Bukan tempat yang sekarang ini!

Namun sekarang...
Siapakah yang tahu kebenaran mata. Bahkan air mata kepalsuan pun merajalela untuk berpura-pura sedih. Memasak sayuran mata adalah hal yang sulit, siapakah yang bisa mengolah cerita dibalik mata-mata yang penuh dusta?

Silakan menatap matanya. Silakan menghindari tatapannya. Bebas!
Semua ada resikonya. Orang yang paling sering kamu tatap matanya akan sulit kamu lupakan. Apalagi ada cerita rasa yang mendalam di dalamnya.