Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 04 Juni 2016

Tidak Ada Salahnya Menimba Ilmu dari Pembunuh

Hukumnya haram. Pembunuh itu tidak pernah menatap mata korbannya. Mata yang memancarkan segala rasa dan cerita. Bahkan luka. Mungkin bahagia. Akan tetapi yang pasti ketika berhadapan dengan pembunuh adalah situasi yang menakutkan. Kecuali bila kamu memang ingin dibunuh.

Menatap mata membuatmu bisa berlama-lama membayangkan dirinya. Mengingat sejenak pun akhirnya menjadi terlalu lama. Terbayang terus-menerus wajahnya. Padahal kamu akan bernostalgia karena dibalik retinanya ada cerita yang membuatmu harus selalu memikirkannya. Manusia sulit sekali melupakan. Hanya lupa yang bisa menolongnya, tidak sadar menjadi tidak ingat.

Bila kamu yakin dia bersamamu, tataplah matanya benar-benar. Kamu akan abadi bersamanya. Bila kamu tidak yakin, jangan sekali-kali mencoba mendalami matanya karena ketika dia meninggalkanmu, kamu tidak akan kesulitan beranjak pergi ke tempat yang semestinya. Bukan tempat yang sekarang ini!

Namun sekarang...
Siapakah yang tahu kebenaran mata. Bahkan air mata kepalsuan pun merajalela untuk berpura-pura sedih. Memasak sayuran mata adalah hal yang sulit, siapakah yang bisa mengolah cerita dibalik mata-mata yang penuh dusta?

Silakan menatap matanya. Silakan menghindari tatapannya. Bebas!
Semua ada resikonya. Orang yang paling sering kamu tatap matanya akan sulit kamu lupakan. Apalagi ada cerita rasa yang mendalam di dalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar