Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 17 Oktober 2015

Tarikan yang Belum Selesai

Rasa tertarik itu bisa muncul kapan saja. Bahkan diri sendiri tidak bisa menarik untuk tidak terjerumus dalam tarikan. Ini bukanlah dunia jebakkan namun ini sangat membingungkan bila harus memilih sesuatu yang tidak saja menarik tetapi menjadi sebuah kisah.

Dulu ada suatu masa seseorang yang tidak pernah tertarik atau seringkali harus menarik diri untuk tidak tertarik. Cara itu berhasil cukup lama namun seseorang tersebut menyadari bahwa dia tidak bisa terus hidup dengan cara tersebut.

Lalu dia memulai petualangannya yang baru untuk mencoba merasakan tarikan itu namun tidak tahu kenapa semuanya memiliki tarikan dan akhirnya dia kebingungan untuk menemukan tarikan yang dia butuhkan karena sudah berlama-lama dia tidak mengindahkan adanya tarikan.

Seseorang yang kebingungan itu akhirnya mencari tarikan yang mana yang memang dibutuhkannya. Dicintainya. Petualangan itu belumlah selesai karena dia masih saja seorang.

Jumat, 16 Oktober 2015

Hujan yang Menghidupkan dan Membunuh

Masih berceloteh tentang hujan. Hujan yang penting lalu tiba-tiba tidak terlalu penting. Hujan diadili oleh para penceloteh hujan. Hujan yang tetap sama namun bisa berubah nilai bila datang di waktu yang berbeda. Waktu yang tepat menjadi hal yang penting bagi orang yang sama. Lalu terpikirkan bahwa terkadang bukan salah orang tetapi kesalahan kedatangan.

Hujan yang datang saat dirindukan sudah pasti menghidupkan. Hujan yang datang saat kita dibelai rintik-rintiknya tentu akan menyenangkan. Mungkin juga kita menari di bawahnya dengan kegembiraan. Mungkin juga seperti yang sudah-sudah. Kita menerima percikannya saat berteduh sembari menikmati minuman hangat. Saat  itu benar-benar perasaan ini terpercik nuansa yang menggembirakan.

Kita tidak pernah reda oleh hujan saat itu.

Kemudian hujan datang di waktu yang tidak sama. Hujan bisa menjadi sangat menyebalkan. Rintiknya seperti hantaman. Rintiknya begitu tajam. Selanjutnya basahnya sangat mengganggu. Apa yang bisa dilakukan saat itu selain menghindari hujan dan menutup pintu.

Hujan bisa salah dan juga bisa benar menurut para penceloteh. Tergantung kapan dia datang. Setiap orang pun akan menghadapi penceloteh. Setiap orang bisa salah dan bisa benar. Kadang waktu yang menjadikan hujang menjadi seperti apa.

Kamis, 15 Oktober 2015

Mencuat Saat Dia Luruh

Lamunan mencuat saat dia luruh. Berakrobat dengan rasa yang penuh. Akhirnya letih dan harus sedikit mengumbar keluh. Belum ada sesuatu yang lebih ampuh. Bukan sebuah hasrat yang memberi pengaruh. Akan tetapi misteri tentang dia yang sedikit angkuh. Membuat ada yang rapuh dan luluh. Sedangkan dia masih percaya dan teguh.

Dari pengandaian yang tidak pernah jatuh pada kenyataan. Pengandaian memang selalu terbang dan tidak pernah mendarat. Mungkin saja mendarat tetapi belum tentu pada tempat yang kuharap.

Ketika itu semua terjadi apa saja bisa roboh. Akan tetapi setiap orang pernah mengalaminya. Hal yang perlu dilakukan adalah terus membenahinya dan membangun lebih kuat lagi. Walaupun tidak menjamin semuanya akan baik-baik saja.

Jangan pernah luruh. jangan pernah surut. Itu menyakitkan karena aku juga pernah. Semua orang pernah. Tidak ada yang tidak pernah. Akan tetapi tidak semuanya pernah melewatinya dan mengatasinya.

Rabu, 14 Oktober 2015

Matahari dan Bulan Tidak Pernah Bosan

Mengapa mereka tidak pernah bosan. Mungkinkah kutukan yang membuatnya selalu demikian. Pagi lalu malam. Muncul lalu tenggelam. Datang lalu hilang. Satu hari kurang lengkap tanpa mereka. Tanpa mereka yang muncul dan tenggelam. Tanpa mereka yang datang dan hilang. Tanpa mereka yang menyengat dan temaram.

Sebenarnya ini kutukan ataukah memang seharusnya demikian. Bila mereka tidak melakukan hal yang demikian. Apa yang mereka bisa lakukan. Berjuta-juta waktu orang telah melihatnya demikian. Berjuta-juta waktu mereka tidak pernah bosan. Bisa juga mereka bosan tetapi itulah yang bisa mereka lakukan. Mereka melakukan dan melakukan.

Waktu dan jarak tidak pernah membatasi. Bahkan ruangan mana yang mereka huni juga tidak aku ketahui. Mereka mungkin bosan. Seandainya ada yang bisa menggantikannya. Akan tetapi mereka hanya satu. Satu saja. Tiada yang lainnya. Sengatnya hanya satu. Sang temaram juga hanya satu.

Bosan. Kadang aku yang melihatnya bosan. Tetapi ketika aku kehilangan sengatnya. Aku kebingungan. Aku pun kebingungan bila tidak ada yang temaram di saat malam-malam harus berjalan. Bosan. Mereka bosan. Aku bosan. Bila aku tahu hanya ini saja yang aku lakukan. Laiknya matahari dan bulan. Aku akan melakukan. Hanya ini. Akan tetapi tidak tergantikan. Selamanya. Setiap hari.

Selasa, 13 Oktober 2015

Aku Tahu Kamu Ada

Sinar matahari tidak mengenal waktu. Dia bisa bersinar kapan saja pada diriku. Bukankah tiap-tiap orang punya sinar mataharinya masing-masing. Saat ini dia sedang bersinar. Semoga dia gembira menyinari. Semoga dia masih menyengat dengan cahayanya yang berkilau. Aku tahu dia ada.

Saat pertama kali aku memberikan sesuatu yang benar-benar dari dalam diriku. Saat pertama kali aku harus menatap matamu. Saat pertama kali aku harus berkata-kata kepadamu. saat pertama kali aku harus mengungkapkan segala perasaanku. Saat pertama kali aku harus mengambil sebuah keputusan. Itu adalah saat yang tersulit. Sangat sulit. Mungkin itu saat pertama kali merasakan gejolak rasa yang luar biasa. Tidak biasa seperti yang kamu katakan.

Hari ini sinarmu harus mulai bertambah cerah. Sinarmu harus tetap berpijar. Sinarmu harus tetap menyengat. Melintasi ribuan pulau tidak menjadi masalah bagimu bukan?

Aku tahu kamu ada. Aku tahu kamu masih bersinar. Walaupun aku tidak pernah tahu dirimu yang sesungguhnya. Aku hanya tahu apa yang harus aku lakukan tanpa mengganggu siapapun juga termasuk dirimu. Aku hanya ingin menyampaikan seluruh isi yang telah mengisi hari-hariku.

Teruslah menjadi. Kamu tahu harus pergi ke mana dan untuk apa...
Terima kasih.
Aku tahu kamu ada.

Senin, 12 Oktober 2015

Selesaikanlah Aku Bila Mampu

Satu hari terlalu cukup buat kepalaku. Satu hari terlampau cukup untuk melayang-layang seperti layang-layang. Bebas dan sangat bebas karena tali yang kupakai untuk menaikkan layang-layang tidak terbatas. Mungkin aku hanya akan terpengaruh oleh angin. Akan tetapi itu cukup untuk membebaskanku pada alam. Satu hari juga sangat cukup untuk jemariku memainkan nada-nada yang sama karena memang semua huruf menghasilkan suara yang sama.

Kamu mungkin bisa menghentikanku karena aku memang tidak mampu hidup pada dunia itu. Akan tetapi aku telah menjaminmu bahwa kepalaku dan jemariku sudah terbiasa menghasilkan sesuatu. Bukan untukmu tetapi sesuatu untukku sendiri. Syukurlah bila kamu mengerti. Satu kebiasaan inilah yang tidak bisa kamu hentikan.

Telah kuarungi berbagai situasi dan telah kualami berbagai getir hingga manis. Telah kuhadapi domba dan serigala. Jemariku tetap mampu melakukan kegiatannya. Pernah aku meringkuk dalam sudut gelap dan pernah pula berlarian dalam terang yang benderang. Jemariku pun masih melakukan kegiatan yang sama.

Senyummu dan hardikkan bengismu tetap tidak mampu meniadakanku. Selesaikanlah aku bila mampu. Kali ini aku benar-benar menantangmu! Salah-salah kamu yang akan terkulai.

Minggu, 11 Oktober 2015

Katakanlah Kata-kata Apa yang Berkata

Malam yang tidak terlalu kelam. Hanya sedikit hujan yang menghantam. Cukup membuat basah. Sedikit gelisah dan resah. Tidak ada yang salah. Malam selalu datang lalu pergi dengan sewenang-wenang. Tidak ada manusia yang sanggup melarang. Aku cukup mengenang dengan bola mata yang tergenang pada kelopaknya.

Tidak ada yang keliru dengan hari ini walau sedikit haru. Mata kiri harus mengalami hal yang tidak sama dengan mata kanan. Mata kiri bisa meneteskan air mata namun mata kanan tidak berdaya untuk menirukannya. Biasanya mata memang bekerja bersama-sama bahkan saat harus menitikkan air lalu bergelayutan pada bulu  mata sebelum akhirnya harus membuat sungai di antara pipi dan batang hidung.

Sedikit berpikir tentang kata setelah setiap hari selalu berkata-kata. Sepertinya kata mengalir saja tanpa harus membuatnya. Kata bisa merekayasa kelamnya malam. Lebih menghantam dari hujan. Cukup membuat basah dan lebih meresahkan dan menggelisahkan. Kata selalu benar dan datang dengan sewenang-wenang. Sekarang kata tidak akan pergi lagi untuk mengungkapkan. Aku telah sanggup melarangnya untuk tidak terlalu jauh dariku.

Dulu aku sempat berpikir bahwa kata adalah budak perasaan manusia karena harus menyampaikan pesan tuannya. Sekarang kubiarkan dia menjadi raja yang berkuasa untuk mengatakan segalanya. Jemariku hanyalah perantaranya dan yang ada di kepalaku hanyalah batu loncatan saja. Katakalah bahwa kata-kata telah berkata dengan caranya.

Sabtu, 10 Oktober 2015

Merintihlah dengan Nyaring

Tidak semua bisa membuatku tertawa lepas karena kegembiraan tidak ingin segera kulepas. Aku masih ingin menyimpannya. Mencarinya bukan hal yang mudah bukan? Tidak semua kepenatan tidak ingin segera kulepaskan karena dia bukanlah tawanan yang layak mendapatkan kebebasan. Aku masih menyimpannya. Bila kepenatan tidak ada kadang aku menjadi kebingungan.

Begitulas setiap aku dan kamu punya cara sendiri untuk melepaskan sesuatu. Ada yang gemar melepaskan sesuatu lalu mencarinya lagi. Bagiku itu terlampau cepat bila belum tuntas dinikmati. Bukankah perjalanan hidup adalah kenikmatan. Akan tetapi benar pula bila bagimu perjalanan hidup adalah pencarian.

Dalam satu keadaan yang paling sulit pastilah aku akan merintih. Bukankah merintih dan sedikit meratap adalah hal yang wajar dan menjadi bagian dari manusia.

Saat-saat seperti ini, aku hanya ingin merintih dengan nyaring. segala lara tidak cukup diselesaikan dengan merintih. Aku perlu merintih nyaring untuk melahirkan karya dari lara. Bukan hal yang salah bukan? Setiap orang berhak melahirkan sesuatu dari perasaannya dan itu tidaklah keliru. Akan menjadi salah bila hanya tertahan pada rasa tanpa karya.

Jumat, 09 Oktober 2015

Genangan Partikel pada Wajahmu

Aku tidak mau menyatakan terlalu berlebihan walaupun aku bisa sangat melebih-lebihkan untuk menceritakan tentang cerita yang sebenarnya tidak terlalu haram untuk aku simpan. Kamu memang sangat berlebihan sehingga aku tidak bisa mengurangi apa yang harus aku ceritakan. Walaupun akan terlihat sangat berlebihan.

Andai kata aku harus mengatakan sekarang. Aku akan mengatakan bahwa di wajahmu ada genangan partikel yang bisa membuatku berenang atau mungkin menyelam sampai kedalaman. Unsur dalam partikel itu sangat kecil seperti unsur pada butir pasir. Begitu kata buku tebal yang hanya berisi kata-kata. Bolehkah aku memaknai wajahmu yang penuh partikel keceriaan. Aku melihatnya!

Unsur-unsur yang kecil akan membuat aura wajahmu begitu padat. Apalagi bila aku harus menatap matamu. Apabila kamu harus menyeringai sebelum mengumbar senyummu.

Biarlah wajahmu tetap menggenang partikel keceriaan. Seorang yang murung butuh sosok seperti itu bukan?

Kamis, 08 Oktober 2015

Hati yang Jatuh di Laut

Tiba-tiba tanpa terencana dan tidak sengaja. Aku teringat walaupun tidak terpikirkan untuk mengingatnya. Sebuah cerita tentang laut yang menceritakan tentang Dewi Kecantikan.

Cerita yang memang tidak berasal dari Indonesia. Aku ingat bahwa dia adalah lambang kecantikan bagi orang Yunani. Akan tetapi cerita itu sekarang menjadi milikku. Aku juga bisa menuliskan cerita tentang dewi Kecantikan itu.

Mula-mula adalah segumpal daging yang jatuh ke laut karena peperangan. Mungkinkah kecantikan tercipta setelah kita berdarah-darah dan teriris karena berperang.

Kecantikannya semua orang tahu. Semua orang yang mencoba untuk terus ingin tahu. Mungkinkah hatiku sudah jatuh ke laut?

Pemandangan laut memang menawan dan aku tidak pernah menjadikannya tawanan untuk membuatnya tertawan. Biarlah sinar pagi memancarkan dengan kekuatan sengatnya sendiri dan sinar sore mewarnai langit. Bila kamu berdiri di sana dan jatuh cinta di sana. Itu kamu yang bisa saja menjadi Dewi Kecantikan.

 Aphorodite...

Rabu, 07 Oktober 2015

Terjebak untuk Merampok

Bila tidak berdaya apa yang akan kamu lakukan? Bila perut sudah mengangga dan lidah telah kering? Bahkan seandainya bisa berlaripun keringat tidak akan keluar dari pori? Apa? Apa yang akan kamu lakukan?

Apakah kata-kata itu terlalu hiperbola bagi kamu yang sebenarnya gemar melebihkan segalanya. Rumah yang kamu ceritakan ternyata hanya luas di terasnya saja.

Ulasan dungu ini tidak akan menjadikanmu pintar dan otak berbinar. Apa yang bisa diharapkan dari pertanyaan-pertanyaan konyol? Apakah hanya jawaban yang tidak kalah konyol?

Bila aku terjebak dalam situasi itu. Bolehkah aku merampok Tuhanku? Adakah jalan yang lebih agung?

Tenang Tuhanku. Aku masih sangat berlimpah. Aku masih muda dan bertenaga. Perutku masih menimbun lemak. Bahkan tidak berlaripun keringat masih saja menetes. Apalagi lidahku! Dia bagai raja yang haram hukumnya bila setengah detik saja tidak dicumbu agar bisa terus berliur.

Aku ingin merampok rahasia yang bisa masuk di kepala! Itu yang aku butuhkan saat ini!

Selasa, 06 Oktober 2015

Rambatan Membuka Kepala

Dalam sepi semuanya merambat. Tidak perlu tertambat ataupun terhambat karena lebih baik terus merambat. Terkadang menyususri tepi atau mengikuti jejak kaki. Kadang melintasi tanpa henti. Kadang harus merayap dan dengan lahap menikmati. Kamu telah membuat rambatan. Rambatan yang membuka kepala.

Perempuan pernah menghardik pintu ruangan yang hendak tertutup. Dia mungkin hanya menatap dan mengerling atau mengernyitkan dahi. Biarlah. Menyeringaipun aku tidak menolak. Dia yang membuatku tidak menjadi menutup pintu ruangan yang penuh syaraf. Akhirnya kuputuskan untuk membuka dan merambat lewat perempuan itu.

Rambatan-rambatan yang menggelayuti syaraf dan memerintahku dengan paksa untuk mencari sesuatu yang belum pernah ada di kepala. Mengingatkanku pada hal yang terlupa dan kulupakan. Syaraf-syaraf yang energik berdetak seperti jantung. Berdenyut seperti nadi. Tidak teratur tetapi itu semangat.

Lihatlah. Rambatan yang harus dirambati. rambatan yang membuka kepala. Mungkin kunci ruang rahasia telah tertemukan. Saatnya menjelajah dan berpetualang untuk mencari yang mungkin tidak kamu cari. Bersama pencipta rambatan.

Senin, 05 Oktober 2015

Karya Terbaik Tidak Terlupakan

Jika karya sudah terlupakan. Masihkan dia yang terbaik. Bila aku terus mengingatnya. Apakah itu yang terbaik? Karya terbaik haruskah tidak terlupakan.

Pernah punya sesuatu yang sederhana tetapi hilang tidak tahu ke mana? Perginya pun tanpa terduga. Tiba-tiba di saat pikiranmu tidak bersamanya. Dia begitu berharga. Bahkan jika ada yang lainnya pun kamu tidak akan menerima karena kamu masih ingin mencari yang saat ini hilang entah ke mana. Mengapa bisa?

Dia mungkin sangat berharga. Menemani sepanjang waktu pada hari-hari sebelumnya. Dia mungkin sudah menyatu. Lalu kehilangan akan menderamu bila dia tiba-tiba tidak ada di sisimu atau bersamamu walaupun sebelumnya dalam beberapa kesempatan kamu telah mengacuhkannya.

Dia adalah karya. Secara tidak sadar. Dia yang mungkin biasa saja namun setelah imajinasimu dan rasamu menyentuhnya maka dia luar biasa. Memasukkan ke dalam kepala dan dada. Dia adalah karya terbaikmu walaupun dia tetap bisa berkarya tanpamu.

Perempuan itu...

Minggu, 04 Oktober 2015

Cercaan Idiom Sebelum Tengah Malam

Kambing hitam itu adalah dia yang membingungkan. Sudah berapa ilmu kutelan namun tetap saja tercela olehnya ketika membicarakannya. Sudah kucoba untuk menjadi kutu buku tetapi aku benar-benar sudah mati kutu. Bendera putih layak berkibar tetapi aku tidak tega untuk mengangkatnya. Aku masih bating tulang untuk mengertinya.

Mungkinkah ini buah tangan pengetahuan. Merahasiakan banyak hal dari orang-orang yang mudah angkat tangan. Kepala dingin pun harus menjadi naik pitam. Susahnya membongkar rahasia pengetahuan hingga menemukan kebaruan. Semoga ini akan kutemukan suatu saat nanti dan tidak hanya menjadi bunga tidur.

Aku harus angkat kaki dari kemalasan yang menyelubungi. Meja hijau telah mengadiliku karena kobodohan. Waktu akan gulung tikar jika melangkah bersama orang-orang semacamku. Kemudian aku harus menanggung menjadi buah bibir karena kekonyolan-kekonyolan yang terjadi.

Aku tidak boleh besar mulut namun harus tetap sanggup makan garam. Selanjutnya tetap belajar dengan tidak pernah gelap mata. Aku harus panjang tangan untuk mendapat pengetahuan yang kadang tersimpan rapat di balik-balik rahasia yang berkepala batu.

Sabtu, 03 Oktober 2015

Merayap Mencari yang Tidak Pernah Diketahui Diri Sendiri

Jangan membayangkan berlari. Melangkah pun saat ini tidak mudah. Akan tetapi menyerah adalah haram. Tidak mau menjadi karam bukan. Asal tetap ke depan. Merayap pun harus aku lakukan.

Saat-saat ini. Membongkar rahasia begitu sulit. Tertambat pada kebingungan dan kekacauan mengerubungi. Menjadi fokus pada banyak hal bukanlah hal yang mudah. Menjadi semakin teliti terhadap kesalahan yang masih saja dilakukan karena begitu sulitnya menguak kebenaran.

Melakukan terus menerus sudah kulakukan. Asal tetap ke depan dan tidak mengalami kemunduran. Mungkin aku terlalu bodoh. Bumi berputar lebih cepat. Waktu beranjak lebih giat dan situasi terlau bersemangat. Berubah-ubah.

Seandainya saja aku tahu cara berlari dalam situasi ini. Bila saja hanya cukup boleh melangkah.

Jumat, 02 Oktober 2015

Sayangnya Cinta Kasih dan Belas Kasih

Mengapa Cinta berati suka sekali dan sayang sekali? Cinta juga berarti kasih sekali dan ingin sekali lalu berharap sekali kemudian bisa saja rindu sekali. Aku tidak sedang mempermainkan kata karena sesungguhnya kadang kata telah mempermainkanku.

Mengapa kasih sayang berarti cinta kasih dan belas kasih?  Apakah sayang berarti cinta dan belas? Sekali lagi aku katakan bahwa aku tidak mempermainkan kata karena kata telah mempermainkanku. Sesuatu yang diciptakan manusia telah memepermainkan manusia.

Lalu aku akan mengatakan bahwa kata-kata saja tidak cukup. Kemudian aku mengatakan bahwa kata-kata saja bukanlah cinta dan kasih. Selanjutnya aku akan mengatakan bahwa aku ternyata selama ini masih saja mengatakan. Seterusnya aku masih bertanya tentang rasa sayang dan bagaimana aku bisa mencintai dan mengasihi.

Aku bukanlah sayang. Bukan pula kasih. Apalagi cinta. Mungkin aku hanya belas yang berarti perasaan hati yang iba atau sedih melihat orang lain menderita.

Kamis, 01 Oktober 2015

Ini Masih Pagi

Kala matahari sebenarnya lelah untuk menampakkan diri lagi. Kala langit malam dan petang enggan untuk disembunyikan lagi. Kala air laut pasang yang masih ingin surut. Kala tanah dan tumbuhan masih malas disentuh sinar. Kala daun kelapa engan melambai-lambai karena lambainnya sudah tidak dipedulikan. Kala semuanya ada kalanya harus merasakan rasa yang tidak ingin dirasakan.

Semua bisa datang. Semuanya bisa pergi. Semuanya akan datang dan pergi. Jika pagi masih menunjukkan pagiku yang masih seperti biasanya. Mata terbuka dan melihat tidak ada yang berubah karena sebelumnya memang tidak ada yang aku ubah. Dinding ruanganku juga masih memiliki empat sisi. Langit-langit ruanganku juga belum berubah seperti layaknya langit yang benar-benar langit.

Jikalau ini bukan pagi. Pasti ini adalah siang atau sore. Bisa juga ini malam. Mungkin dini hari yang mengusir tengah malam. Akan tetapi ini adalah tanda dari pagi. Sudah bertahun-tahun aku mengenalnya dengan pagi ketika tanda-tanda ini ada. Ini masih pagi.

Kutatap jam didingku yang menatap wajahku. Lebih tepatnya jam dinding itu menghadap, bukan menatap. Aku hampir lupa bila dia tidak punya mata. Akan tetapi, apakah tatapan membutuhkan mata? Mungkin butuh. Kecuali kalau aku mengatakan ingin menatap masa depan. Kecuali kalau aku ingin mengatakan menatap siang nanti, sore nanti, malam nanti, dini hari nanti. Menatap hal itu bukan hanya butuh mata.

Rabu, 30 September 2015

Masa Tua di Kala Muda

Pemuda yang menjunjung segala hal tentang kepemudaan. Bukan hanya ingin memudakan dirinya atau agar tampak kemuda-mudaan.Memang seharusnya mempermudakan diri itu juga bagian penting untuk mengarungi kehidupan yang masih membutuhkan kemudaan.

Bisa dibayangkan bagaimana tersiksanya bila mengalami masa tua di kala muda. Akan tetapi juga bisa dibayangkan betapa sulitnya menjadi muda dalam keadaan yang tua. Tubuh mungkin akan renta dan tak berdaya tetapi apakah kemudaan adalah masalah tubuh saja.

Aku ingin terus muda dan tua pada saatnya. Bukan untuk menghindari pikiran yang harus terus menua. tidak menjadi kanak-kanak maksudku. Aku hanya ingin mengetuai segala unsur yang ada di dalam diriku. Aku tidak ingin tua sebelum waktunya.

Harapanku. Aku masih ingin muda dan saat tua, aku tidak lupa dengan muda. Sehingga aku bisa mengkombinasikan keduanya.


Selasa, 29 September 2015

Larut Bersama yang Tidak Larut

Ada banyak hal yang bisa bersatu dengan mudah dan larut bersama tetapi ada pula yang tidak bisa larut bersama. Air pun tidak sanggup mencampur kedua elemen yang sama-sama tidak sanggup larut tersebut. Elemen yang mampu larut bukan berarti lebih baik daripada elemen yang tidak mampu larut karena setiap pribadi mempuanyai kekuatannya masing-masing. Terlahir masing-masing. Tumbuh masing-masing.

Berlarut-larut aku memikirnya. Apakah pelarut yang tepat untuk sesuatu hal?

Ketika malam bertambah larut, aku bisa saja larut ke dalam sebuah situasi yang menyulitkan. Bagaimana aku harus hidup dalam satu gelas dan tenggelam dalam satu air bersama sesuatu yang tidak larut? Aku mencoba larut untuk mendalaminya tetapi dia memilih mengeras dan aku tidak tahu apakah ada zat yang mampu melarutkannya. Apakah hanya waktu yang mampu melarutkannya atau pelarut hanya sia-sia.

Akan tetapi aku sudah cukup bangga bersama satu gelas dengannya.

Senin, 28 September 2015

Aku Melihat Kamu Tidak Melihat

Mataku terpancing untuk keluar dan melihatnya. Itu indah. Itu menarik. Itu menantang. Itu tidak biasa. Hal itu bisa membuat mataku keluar dari sarangnya untuk melakukan tindakan yang bisa dikerjakannya. Menatap untuk menikmati adalah salah satunya. Aku terpancing bukan berarti aku kalah tetapi aku menang.

Tahukah kamu bahwa pancingan itu tidak semua bisa merasakan. Ada yang melihat gelas kosong tetapi pikirannya bisa penuh dengan berbagai hal yang menarik. Ada yang melihat gelas kosong lalu tiba-tiba terpancing untuk mengisinya dengan air kesegaran.

Satu hal dan setiap orang punya kemampuan untuk melihat hal yang tidak ada tetapi ada di dalam pikiran. Imajinasi telah membuat semuanya semakin menarik. Imajinasi telah memberi kesegaran pada realita. Imajinasi telah menghardik kenyataan yang terkadang sangat biasa saja. Bukankah imajinasi tidak bisa disepelekan? Bahkan orang akan mencarinya dan memburunya untuk mendapatkannya.

Bagaimana imajinasimu? Sudah kamu kuburkah?

Minggu, 27 September 2015

Kamu Tidak Tahu Aku

Masalah yang pelik menghampiri setiap orang yang baru saja menghampiri orang yang baru. Setiap sudut menandakan tanda tanya yang masih segar teka-tekinya. Rasa ingin tahu kadang datang terlambat karena harus datang setelah penghakiman yang kejam.

Sungguh aku katakan sekarang kepada dirimu yang menjadi palsu saat pertama kali kita bertemu. Bila kamu menganggap perjuampaan ini adalah perjumpaan yang baru maka begitu pula yang aku alami karena ini juga baru. Akan tetapi kita berbeda karena bermain teka-teki mempertanyakan sesuatu yang segar dan tertanam di masa lalumu bukanlah pekerjaan pertamaku. Aku hanya ingin menghabiskan perjumpaan ini dengan sebaiknya agar terus ada perjumpaan selanjutnya.

Kamu tidak tahu aku begitu pula aku tidak tahu kamu. Aku hanya ingin terus berjumpa untuk kita saling tahu. Bahkan masa lalu dan masa kini hingga masa nanti bisa saja kita jumpai bersama pada perjumpaan-perjumpaan selanjutnya.

Sabtu, 26 September 2015

Kehormatan Menghormati

Telah lahir secara terhormat lalu menjadi diri yang bisa saja tidak dihormati karena rasa hormat bisa saja hilang karena tindakan yang jauh dari rasa hormat. Apakah kehormatan bisa menjadi sesuatu yang penting untuk ada dalam hidup manusia?


Sebuah kehormatan telah ada dalam setiap manusia yang hidup di antara kehidupan yang lainnya yang sebenarnya tidak terpisah. Sebuah kehormatan yang penting ketika diri tidak hanya dihormatai tetapi menjadi diri yang menghormati.

Terlalu banyak yang angkuh bermain dengan kehormatannya yang membuat dahaga untuk merasakan dihormati sedangkan sikap sangat jauh dari rasa menghormati. Menganggap diri di atas sehingga yang lainnya berada di bawah dan yang di bawah harus menegadah ke atas untuk melihat yang menganggap diri di atas.

Bisakah kita saling menatap dan saling menghormati karena kita berpijak di tanah yang sama. Apakah tanahmu di puncak bukit dan tanahku di kaki bukit?

Jumat, 25 September 2015

Hilang dari Keadaan

Selalu ada. Diri sendirilah yang mampu menghilangkan keadaan.

Merasa hilang dan lenyap dari keadaan. Siapakah pelakunya? Apakah hanya perasaan saja atau memang keadaan punya tenaga untuk menciptakan perasaan hilang di dalam setiap orang?

Mungkinkah keadaan mampu membenamkan keadaan dan menerbitkan keadaan?
Diri selalu punya alasan ketika hendak hilang atau mulai merasa hilang. Diri selalu punya jawaban atas semua soal tentang kehilangan dan keadaan. Diri bisa saja hilang dari keadaan namun keadaan juga bisa hilang dari semuanya.

Pencipta keadaan dan kehilangan telah bersatu untuk memusnahkan dengan menghilangkan keadaan. Kini siapapun akan terluka jika menjadi diri yang hilang dari keadaan.

Lalu siapa yang mampu menyembuhkan? Hanya diri yang terus menjadi ada yang akan menerbitkan sesuatu yang terbenam dan mengadakan yang pernah hilang.

Kamis, 24 September 2015

Kekuatan Mengendalikan Diri Menjengkelkan

Banyak yang bangga dengan kekuatannya. Layaknya pedang yang tiada tandingannya. Akan tetapi ada pula yang tidak menyadari kekuatannya. Bahkan hingga membuat diri hanya kuat untuk tidak menyadari kekuatannya. Hanya kelemahan yang ada di kepalanya dan perasaannya dipenuhi ketakutan yang bisa saja semakin lama semakin tidak tertolong. Menjadi murung dan tidak berani menunjukkan pedangnya yang sebenarnya yang tidak jauh dari pinggang kirinya.

Andai saja semua orang punya kekuatan? Apakah kamu berpikir semuanya akan terselesaikan?

Diri memang bisa saja menjadi menjengkelkan dengan kekuatannya. Kekuatan telah melemahkan diri hingga membuat diri menjengkelkan. Bukan terlihat menjengkelkan karena memiliki kekuatan tetapi menjadi menjengkelkan karena kekuatan yang tidak bisa dikendalikan.

Ingatlah bahwa kekuatan selalu punya tuan dan setiap diri adalah tuan dari kekuatan. Jangan sampai kekuatan mengendalikan diri hingga menjadi diri yang menjengkelkan. Alangkah indahnya diri yang mampu mengendalikan kekuatan.

Rabu, 23 September 2015

Terpesona di Akhir Laga

Orang mudah saja terpesona di malam hari setelah seharian berjuang tanpa henti. Terpesona memang indah karena rasa lelah dibelai dengan mesra. Terpesona boleh saja asalkan tidak lupa dengan yang ada di depan mata. Lalu pada akhirnya tetap mempesona walaupun terpesona.

Akhir laga bukanlah akhir laga karena laga yang selanjutnya sudah menunggu dengan segala murkanya. Menghantui siapa saja yang harus berada di akhir laga. Apalagi laga selanjutnya sudah pasti lebih berat dari laga sebelumnya.

Terpesonalah dan berlakulah yang seharusnya kamu lakukan karena yang seharusnya kamu lakukan tidak seorang pun mengetahuinya. Bersiaplah menjadi mempesona dengan mempersiapkan pesonamu. Tidak ada yang salah dengan yang kamu lakukan dan biarlah penilaian datang karena penilaianmu bisa saja menjadi lebih penting dari penilaian para juri.

Hidup bukan lomba. Hidup adalah menghidupi yang hidup-hidupan. Mempesona dengan pesona hingga membuat banyak yang terpesona di akhir laga yang sesungguhnya.

Selasa, 22 September 2015

Janji Bernas dengan Kebohongannya

Janji akan tetap menjadi janji sampai pada saat yang ditentukannya. Saat ditentukannya janji akan menjadi yang ditepati atau diingkari. Selalu ada pilihan untuk menjadi yang mengingkari atau menepati. Harapannya tentu menepati karena kamu juga sudah tahu bahwa yang dikerjakannya hanyalah menunggumu.

Janji bernas bisa menjadi janji yang sugguh-sungguh atau janji yang sangat padat namun bila diikuti kebohongan akan menjadi janji dusta yang membuat orang terlalu bersedih sehingga bisa dikatakan nestapa. Kamu bisa melihatnya nilai rasa kata selalu tidak pernah sama.

Janjimu seperti pemandangan yang hanya bisa dilihat pucuknya saja. Apapun alasan akar dan batangnya akan tidak diketahui mereka. Pucukmu sangat ditunggu untuk menjadi janji yang bernas. Bukan dengan kebohongan yang tidak diharapkan banyak orang dan orang kebanyakan pasti membenci bila dusta datang padanya. Nestapalah mereka yang menerimanya.

Senin, 21 September 2015

Bubarkan Keteraturan Nada

Dari ketertiban dan keteraturan yang diciptakan atau terciptakan. Ketertiban dan keteraturan yang menghardik loncatan-loncatan ketidakpastian dan kemarahan yang mengancam ketakberaturan. Membubarkannya dan menjadi nada-nada yang melonjak bebas untuk menggema. Tidak harus ketertiban dan keteraturan yang utama.

Bila ada yang bertanya kepadamu apakah yang utama? Petugas yang merasa penting ketertiban dan keteraturanlah yang bisa meyakinkanmu itu menjadi penting. Sebenarnya ketertiban dan keteraturan adalah bahasa kiasan untuk membatasi jumlah perselingkuhan manusia yang sebenarnya itu adalah istrinya. Kehendak bebas manusia.

Menjadi teratur dan menjadi tertib siapa yang bisa mempertanggungjawabkan panggilan untuk berlaku tertib dan teratur menurut kehendak bebas. Bubarkanlah kedataran nada karenanya nada melengking lalu menuju nada yang sama sekali tidak biasanya ada. Kenapa orang harus mengatakan nada ini harus lari pada nada itu. Apakah semua orang mempunyai pengalaman yang sama tentang indahnya nada.

Minggu, 20 September 2015

Dari Dalam Tembok

Mari sejenak tidak merasa nyenyak. Tidak merasa enak. Tidak pula menjadi kanak-kanak. Kisah dari dalam tembok mengatakan itu semua dan dibalut dengan indahnya dan mulianya. Katanya kisah di dalam tembok adalah kisah yang agung dan sekarang aku harus termenung untuk merenung lagi tentang kisah dari dalam tembok.

Di dalam tembok memang akan lebih sempit daripada di luar tembok. Akan tetapi belum tentu juga kisah di dalam tembok akan lebih sempit dari kisah di luar tembok. Pernah suatu ketika membayangkan banyak orang di luar tembok mengganggap bahwa mereka ada di dalam tembok dan ingin menuju ke luar tembok yang sebenarnya di dalam tembok.

Tembok telah membagi cara berkata walaupun dunia tidak pernah terbagi. Beruntung bisa menikmati di dalam tembok maupun di luar tembok. Menikmati yang katanya di luar tembok tetapi ternyata di dalam tembok dan menikmati yang katanya di dalam tembok padahal itu adalah di luar tembok.

Merobohkan tembok bukan jaminan pembuka cakrawala tetapi merasakan dalam dan luar tembok bisa jadi pilihannya.

Sabtu, 19 September 2015

Catatan Masa Lalu

Siapa yang bisa menilai kecuali hanya menilai yang ada saat ini. Masa tidak harus berjalan urut karena ini bukanlah langkah anak dalam bidak catur. Masa ini orang hanya mengetahui dan mengerti akan masa lalu hanya membutuhkan ceritamu. Walaupun ceritamu dan membayangkan kata-katamu belum tentu menjadi sama. Kamulah yang bisa merasakan semuanya sedalam-dalamnya.

Masa lalu bukan hanya terlewati. Mengatakan masa itu adalah masa yang sudah kamu lewati adalah sesuatu yang keliru. Masa itu masih tertanam lalu menjadi akar dari masa ini. Beruntunglah kamu yang masih giat dari masa lalu hingga masa kini. Bukan menganggap catatan masa lalu sudah ditutup dan menjadi malu membukanya lagi.

Catatan masa lalu tidak bisa lapuk walaupun tertumpuk. Mungkin jika kamu lupa berarti kamu hanya melupakannya dan itu tidak akan bisa. Masa lalu adalah masa yang membuat masa ini ada. Masa ini pun akan menjadi masa lalu yang tidak akan pernah berlalu. Melalukannya pun kamu tidak mampu.

Jumat, 18 September 2015

Belenggu Riang Bersetubuh

Pembiaran dan pemakluman tidak akan membuat diri terhindar dari belenggu. Layaknya dia yang riang karena terus saja bersemayam di dalam tubuh yang dipenuhi dengan kepentingan beribu. Beranak dan berkembang biak untuk membangun persekutuan maha segalanya. Mengontrol nafas dan irama langkah kaki. Daya gerak tangan menjadi tidak terduga hingga jemari hanya ingin menyengkeram bayi dari belenggu dan sesuatu yang ada dalam tubuh.

Belenggu telah riang bersemayam di dalam tubuh dan tidak ingin dipindahkan begitu saja karena semakin lama dia tinggal maka warga tubuh akan bergejolak dan meminta keringanan-keringanan dari apa saja yang sebenarnya harus kamu lakukan. Kekuatan ide kepala dan keampuhan rasa akan terasa lemah menghadapi belenggu yang bersemayam begitu lama.

Biarkan belenggu tinggal di dalam dirimu jika kamu ingin terus terbelenggu dan melakukan sesuatu yang bukan di bawah kendalimu. Jadilah prajurit di dalam istanamu sendiri.

Kamis, 17 September 2015

Batas Manusia Bukan Setengah Manusia

Seperti apakah aku harus berlaku dan berlalu? Menerima tamparan dengan senyuman dan akan terus tertampar hingga terdampar. Menjadi lantai dansa bagi yang ada di atas tubuh yang rebah ke tanah karena lelah. Menjadi tembok kemarahan yang harus menerima hantaman tangan. Menjadi memori yang harus terpecah belah karena sudah tidak ada cinta dan tidak menginginkan kenangan lagi.

Aku bukan hanya penerima yang menyerahkan semua tetapi juga pemberi rasa kepada yang seolah-olah berkuasa atas semuanya. Apa saja yang kamu terima tidak bisa terus kamu terima dengan tangan selalu menegadah. Tampiklah tangannya dan bungkam semua kebebasannya demi kebebasan daya gerakmu.

Dia tidak akan mengerti jika kamu terus menerima sedangkan kamu dimintanya untuk mengerti dan kamu mau melakukannya padahal dia tidak merengek atau merintih menginginkannya.

Batas manusia bukan setengah manusia.

Rabu, 16 September 2015

Misteri Tepi Pantai

Suatu waktu tepi pantai telah mengajarkan banyak hal. Kesendirian tidak pernah terbungkam sebagai diam. Kesendirian menciptakan kebersamaan setiap bagian dalam manusia. Mereka bersatu sehingga kesendirian itu sirna dan datanglah keramaian yang tidak menggaduhkan tetapi menenangkan. Lalu aku pulang dan terhasut oleh sesuatu.

Pernahkah kamu tenang dalam kegaduhan?
atau,
Kamu merasa ramai dalam ketenangan?

Pantai menjadi guru dari guru-guru yang tidak mengajarkan semua itu. Aku lebih percaya bahwa guru adalah diriku dan yang lainnya adalah pemantik yang tidak selalu mengajarkan sesuatu. Akan tetapi jika aku adalah guru maka aku akan mengajar untuk diriku dengan terus menjari hal-hal yang semestinya aku pelajari.

Bergantung pada orang lain bukan hal yang tidak penting tetapi dalam diri ada yang tumbuh dan berpijak sendiri tanpa tergantung.

Selasa, 15 September 2015

Merasa Terancam Merasa Bangga

Pernah merasa terancam?
Seandainya juga mengancam?

Aku pernah bangga ketika harus bertapa di pucuk pedang, Kamu bisa melihat itu seperti kata-kata kosong penuh buaian padahal pengalaman bukanlah buaian. Seandainya aku tidak bertapa di pucuk pedang mungkin aku tidak sempat belajar keluar dari bahaya. Padahal bahaya itu selalu ada sampai kita tidak tahu kapan bahaya itu akan menghentikan serangannya kepada manusia.

Aku juga sempat berkecamuk...
Mungkinkah bahaya adalah buatan manusia yang mengancam karena masa lalunya dipenuhi perasaan terancam sehingga sekarang haus lalu ingin menjalankan misi balas dendam kepada siapa saja yang lebih lemah?

Kadang perlu bangga diancam karena ancamanmu tidak akan lebih besar dari hal mustahil yang bisa aku lakukan untuk membuatmu terancam. Perasaanmu tertekan ke sudut keterasingan.

Hentikan jangan pernah bermain-main dengan ancaman...
Tetapi datanglah bila kuundang seperti layaknya aku mengadakan perjamuan.

Senin, 14 September 2015

Dunia Membentuk Aku Membentuk

Pada mulanya...
Dunialah yang membentukku. Selanjutnya, akulah yang membentuk dunia. Walaupun bisa saja menjadi tidak berbentuk.
Akhirnya aku bisa berkata berjuta bangga karena terbentuk, berbentuk, dan membentuk.

Berdebatlah dan bercelotehlah tentang bentuk. Mengagalah untuk menghujat semua kata-kataku tentang bentuk karena kenyataannya pembayanganmu tentang bunga atau batu sekalipun bisa berbeda bentuk denganku.

Kamu hanya perlu berdamai untuk mencari celah dan menerobos untuk membalikkan semua anggapan.
Jangan berpikir tentang bentuk yang sulit dari segala yang aku paparkan. Terpenting kamu bisa berbentuk dan membentuk. Akhirnya menjadi tidak berbentuk karena memang bentuk yang itu belum ada sehingga dikatakan tidak berbentuk.

Sekarang katakan bentuk amarahmu kepadaku!

Minggu, 13 September 2015

Mata Kiri Rindu Mata Kanan

Walaupun dalam satu wajah. Mata kiri sangat rindu melihat mata kanan. Walaupun dalam satu wajah mata tidak bisa saling melihat. Aku juga tidak ingin mempersalahkan kerinduan mata karena mereka bisa bersatu dan telah bekerja dengan baik.

Seandainya mata kiri bisa melihat mata kanan?
Seperti kerinduan yang aku alami saat ini. Kita memang dalam satu wajah tetapi kita tidak bisa saling melihat.
Akan tetapi percayalah bahwa kita bisa bekerja sama.
Persatuan dalam satu wajah sudah cukup untuk kita dan tidak perlu kita mendekatkan lagi.
Biarlah mata kiri berada di tempatnya dan mata kanan berada di tempatnya pula.

Entahlah...
Aku tidak tahu sampai kapan kerinduan itu bisa terbayarkan dengan perjumpaan.
Aku juga masih senang menyimpan kerinduan sampai aku tersimpan dalam persegi panjang kematian.

Sabtu, 12 September 2015

Pengetahuan yang Cerdik

Aku berhak menuntut pengetahuan karena dia telah bersalah dengan menyembunyikan banyak hal dariku.

Berkata bangga terhadap diri memang mandat yang layak dilaksanakan. Tubuh sudah sangat haus pujian. Dahaga yang berbulan-bulan bisa membuat kepuasan jiwa tak terpenuhi bahkan diambang kelaparan. Mungkin akan mendekati kematian jika sanjungan tidak segera datang.

Tapi tunggu dulu...
Sebangga apakah dirimu dengan pengetahuan yang masih terus saja menjadi sebuah rahasia yang tidak bisa kamu buka?

Dunia sudah dipenuhi pengetahuan dan bahkan jumlahnya akan lebih banyak dari helai rambut penghuni alam semesta. Bahkan jika alien itu ada dan memiliki rambut, tetap saja pengetahuan itu lebih banyak jumlahnya.

Pengetahuan juga punya pengetahuan dan kamu pun juga punya pengetahuan. Namun jangan pernah bingung jika pengetahuan mempunyai jumlah pengetahuan yang lebih banyak dari pengetahuanmu.

Jumat, 11 September 2015

Berbeda dan Berhadapan tetapi Tumbuh

Tiga inti yang selalu kunanti dan kucari. Entah sampai saat ini sudahkah terjadi ataukah hanya menjadi sebuah mimpi tanpa bangun pagi. Tidur selama-lamanya dan mimpi untuk selama-lamanya.

Berbeda
Berhadapan
Tumbuh Bersama

Sudah aku bayangkan hal itu bisa terjadi tetapi pembayangan hanyalah pembayangan tanpa kebenaran. Mungkin hanya akan menjadi kebenaran di dalam kepala sedangkan yang di luar hanya kebohongan kebenaran.

Berbeda itu sudah jelas. Siapa yang memiliki kesamaan semutlaknya? Pertanyaan itu hanyalah pertanyaan yang hanya akan terus menjadi pertanyaan. Perbedaan memang terus lahir dan kelahiran yang satu akan membuat kelahiran yang lainnya menjadi saling berhadapan. Bertatap muka untuk saling melihat komposisi wajah yang sebenarnya.

Lalu akankah masih bisa tumbuh?

Kamis, 10 September 2015

Menghadapi Diri Sendiri

Setiap hari adalah menghadapi diri sendiri sebelum akhirnya harus menghadapi orang lain. Seperti di dalam tubuh masih ada banyak tubuh. Mereka bisa saja saling berbeda untuk mempengaruhi satu tubuh yang harus bertindak dan berhadapan dengan orang lain.

Sebelum berbicara banyak untuk menghadapi yang sedang berhadapan dengan dirimu. Pantas jika harus berhadapan dengan diri terlebih dahulu. Namun jika kamu memang ingin menghadapi yang berhadapan dengan dirimu dengan rasa bingung dan tidak yakin, kamu boleh saja melakukannya.

Akan tetapi hal tersebut sama saja dengan membunuh diri secara perlahan. Apa yang telah kau pertontonkan bisa saja mempengaruhi panggung pertunjukanmu. bahkan sampai pementasan itu usai, kamu hanya menjadi manusia lemah terhadap dirinya sendiri tetapi mencoba kuat padahal sama sekali tidak terlihat.

Sekarang aku juga bisa memilih untuk menghadapi siapa terlebih dulu.

Rabu, 09 September 2015

Masih Daging Manja

Jika berkarya hanya untuk dipuja. Bagaimanakah nasib karya yang coba kau hidupkan? Apakah dengung suaranya masih menggetarkan gendang telinganya sementara kata-katanya terlontar manis untuk memujimu. Tetapi semua itu adalah wajar saja. Daging manja masih butuh belaian mesra dari para penikmatnya.

Pujian membuatku terbang melayang dan aku takut berujung pada hilang. Pujian membuatku menjadi pusat perhatian sampai aku takut dan mempertanyakan perhatianku sendiri pada kehidupan. Pujian membuat banyak orang terpesona lalu akhirnya lupa melakukan apa-apa. Pujian hanyalah puncak dari bangunan yang sudah kamu dirikan. Mereka tidak juga tahu bagaimana kamu menyembunyikan segala bata-bata dan besi-besi yang mendasarinya.

Manusia hanya daging manja yang kurang askese yang katanya itu hanya bualan belaka dan pelarian yang tidak tahu sampai mana arahnya dan tujuannya. Sebenarnya pendapat itu juga bualan belaka yang tidak tahu tentang makna sebuah perjalanan.

Terus saja berjalan daging manja. Menikmati pujian dan tidak terbenam juga askese yang luar biasa hebatnya.

Selasa, 08 September 2015

Tandanya Tanda Tanya

Jika segala yang aku miliki saat ini adalah hasil dari keringat orangtua. Tandanya diriku adalah tanda tanya.

Berlindung di bawah nauangan orangtua begitu nyamannya. Bahkan banyak orang tak hendak enyah dari tempat tersebut. Tetapi lama-lama semua juga akan sirna dan aku sendirilah tuan dari segala hidupku. Segala hormat dan hujatan yang ada akan berinteraksi langsung dengan hidupku. Sudah selayaknya kenyamanku adalah segala jerih payahku bukan keringat hidupnya.

Jika kamu masih berlindung di tempat maha nyaman itu, kamu juga masih tanda tanya dan sampai kapankankah tanda itu akan berseru bahwa kamu bisa hidup sendiri karena kamulah tuan dari hidupmu.

Jangan biarkan tanda tanya tersebut tetap menjadi tanda tanya yang tidak terjawab. Jawablah dengan berseru. Mungkin saja kamu akan mencoba menikmati keringatmu sendiri.

Senin, 07 September 2015

Mungkin Saja Dia Asupan Giziku

Asupan gizi membuat energiku pulih kembali. Setiap asupan gizi masuk ke dalam tubuhku yang lesu maka saat itu pula dialah yang sangat berharga bagiku. Tanpa asupan gizi mungkin tubuhku renta dan aku tidak berdaya. Aku butuh energi yang mampu menjadi bagian hidupku untuk menggerakkan seluruh kemampuanku.

Jika kamu adalah asupan giziku. Jiwaku akan lelah dan tidak berdaya untuk berpetualang. Kamulah sumber energiku dan penggerak bagian-bagian yang tidak bisa kujelaskan letaknya atau terkadang fungsingnya juga tidak bisa kubeberkan.

Aku semakin yakin bahwa kamu benar-benar asupan giziku yang membuatku tumbuh dan berkembang.
Lalu apakah aku tidak akan tumbuh dan berkembang jika asupan itu tidak ada?
Berapa lama aku bisa bertahan sebelum daging akan terlepas dari tulang secara tidak terlihat?

Mungkin saja kamu asupan giziku untuk melewati dan menikmati hari-hariku.

Minggu, 06 September 2015

Jangan Berlaku Kalah

Pemenang tidak selamanya akan menang di mata dunia. Manusia bukanlah dewa yang berkuasa dan tiada tandingannya. Manusia juga bukanlah kekuatan dasyat yang tak lekang oleh usia. Semuanya sanggup berubah dalam kedipan mata ataupun secepat mengerutkan dahi. Kekalahan di mata dunia sudah menjadi hal yang biasa dan tidak perlu dijadikan luar biasa.

Apakah menang dan kalah penting bagi kedalaman jiwa?
Jawabnya bisa saja menjadi sangat penting bagi keberadaan jiwa-jiwa yang lapar akan keberadaannya.

Jika kalah di mata dunia sudah menjadi hal biasa. Mengapa engkau terus saja berkata ingin selalu menang.
Sebenarnya jika engkau menang di mata dunia itu hanyalah hadiah dari menangnya engkau di mata jiwa sendiri.

Boleh kamu kalah di mata dunia tetapi kamu harus selalu menang di mata jiwamu. Apalah faedahnya jika kamu terlihat menang di mata dunia tetapi jiwamu sendiri terkulai kacau dan tidak berdaya karena semuanya hanyalah kekalahan yang terbingkis rapi.

Selalu buat diri menang. Jangan berlaku kalah. Menangkan kedalaman jiwa. Dunia tidak tahu kemenanganmu tetapi akan merasakan hadiah kemenanganmu.

Sabtu, 05 September 2015

Memuja Sebuah Hari Sebelum Berganti

Aku perlu mempersiapkan beberapa hal untuk pemujaan. Hari ini memang layak untuk dipuja karena hari ini telah memuja diri yang membutuhkan pujaan.

Pada sebuah hari aku terbaring karena pada berbuah-buah hari yang lainnya aku tidak bisa menikmati nikmatnya berbaring. Sebuah hari menjadi hari berharga karena aku dan hari saling memuja. Aku benar-benar menikmatinya sebelum hari berganti.

Sebelum hari-hari yang membosankan menghampiri. Sebelum hari-hari yang penuh tuntutan atau terpaksa aku tuntut sendiri. Sebelum hari-hari tidak kenal ampun untuk mengajak setiap pribadi berdiri.

Bertarung dengan kuatnya mesin. Berputar bersama jarum jam. Tersengat bersama tanah. Menatap gelap dengan bayangan wajahmu di hari bukan hari ini.

Sudah pantas dan selayaknya hari ini dipuja sebbelum berganti.

Jumat, 04 September 2015

Khawatir Keadaanmu di Darat

Apakah aku masih boleh mengkhawatirkanmu?

Aku sekarang memang di laut dan tidak ada salahnya aku rindu darat. Di laut memang tidak boleh lengah apalagi aku tidak bisa berenang. Sekarang ombak juga sangat besar, bahkan terpaan ombak membuat bunyi yang mengganggu telinga. Bunyi yang bisa mengusik kenyamananku.

Tetapi aku memang sedang berjuang di laut. Aku ingin menjelajah walaupun lautan memang tidak banyak berbeda kecuali suatu kali aku bisa melihat darat. Tempat di mana aku bisa menjumpaimu tetapi mungkin menjadi hal yang tidak kamu harapkan.

Sekarang aku sedikit tidak mengkhawatirkan lautku. Aku lebih mengkhawatirkan darat.

Dulu aku tahu apa yang terjadi dengan darat. Sekarang berita tentang itu tidak pernah kudapati. Seandainya saja darat masih saja memberi kabar dan sudah pastilah lautan akan mendengar.

Kamis, 03 September 2015

Seperti Serdadu yang Berperang Sebelum Berperang

Serdadu akan berperang dan sekarang di kepalanya perang hebat sudah terjadi. Apa yang membuatnya berperang? Sebelum perang pastilah sudah ada perang.

Kepala memang menjadi tanah lapang yang setiap orang bisa melakukan apa saja di sana. Banyak yang sudah melakukan perang sebelum perang terjadi. Jika kamu merasakan demikian berarti kepalamu masih berfungsi dan kamu masih manusia.

Seberapapun hebatnya perang pada hari esok, perang hari ini di kepalamu jauh lebih hebat. Jika kamu hari ini bisa berperang dengan baik, hari esok juga bisa menjadi hari yang baik. Walaupun tidak ada jaminan yang sempurna untuk hari esok.

Peperangan di dalam jauh lebih dahsyat daripada peperangan di luar dan hari ini lebih menakutkan daripada hari esok. Hari ini adalah hari pertamamu berperang sebelum memikirkan peperangan yang terjadi pada hari esok. Aku ingin melakukan hari ini bersamamu sebelum hari esok yang tidak kita tahu.

Rabu, 02 September 2015

Lupa Kemarin Sedikit Mungkin

Masihkah kamu ingat hari kemarin? Lupa atau kamu ingin melupakan memang sedikit mungkin. Apalagi kita sudah membuat kisah pada hari kemarin. Sekarang kita masih membawa kisah itu walaupun kita sudah memiliki ruang masing-masing. Aku di sini dan kamu di sebelah. Tidak jauh memang tapi kita sudah sedikit terpisah. Mungkin.

Aku hanya ingin kamu baik-baik saja di ruang sebalah dan aku juga akan baik-baik saja di ruang ini. Seandainya tembok pemisah yang sebenarnya kita sendiri yang membangunnya bisa roboh.

Kita memang bisa membangun tembok pemisah pada hari kemarin tetapi merobohkannya pada hari ini kita tidak bisa. Aku pun tidak tahu penyebabnya.

Kamu masih ingin membuat kisah?
Kamu masih ingin berkeluh-kesah?
Kamu masih ingin menatap?
Kita masih ingin...

Selasa, 01 September 2015

Hidup untuk Mecari Musuh

Pencarian yang panjang dan akhirnya aku temukan musuh. Dia tidak pernah binasa karena selalu bergelayutan dalam hidup setiap jiwa.

Hidupku aku persembahkan untuk pencarian. Mencari musuh sebanyak-banyaknya karena seiring berjalannya waktu, musuh akan bertambah banyak. Dia tidak jauh-jauh dari hidup setiap manusia. Bahkan setiap detik pun musuh tetap membayang dan mengganggu.

Sebenarnya tanpa ada pencarian pun musuh akan datang tetapi berkat pencarian, aku semakin sadar bahwa musuh memang ada dan dia tidak bisa binasa. Namun semua orang bisa menjinakkannya. Selama hidup masih ada, musuh tidak akan binasa karena dia hidup bersama kehidupan.

Musuh itu sudah bersatu dengan diri yang terbentuk lama dan harus menghadapi hidup yang tidak selalu sama. Musuh masih bersemayam dan mencarinya adalah tugas mulia selama hidup masih ada.

Senin, 31 Agustus 2015

Melewatkan Keramaian untuk Memberhentikan Sunyi

Keramaian begitu dicari dan sunyi terus saja dihindari. Kepala tak akan pernah dikunjungi jika terus saja sunyi pergi karena keramaian mendominasi.

Beberapa kali mulut menganga tanpa rasa dosa. mengeluarkan kata-kata yang hanya menjadi hiburan belaka padahal jiwa tersiksa tak pernah terhibur karena pertunjukkan tak pernah terjadi di dalam diri. Bagaimana mungkin akan ada pertunjukan jika keramaian terus saja menguasai.

Ketika aku diam. Aku menganggap bahwa diri ini siap untuk berpentas. Ketika aku diam akan ada banyak tokoh dalam diri yang berkonflik dan bercerita. Ketika aku diam berarti aku telah menonton pertunjukkan yang ada dalam diri. Pertunjukkan yang terkadang membuatku geleng-geleng kepala karena panggung nyata pun terkadang tak menghidangkannya.

Aku mulai tertarik memberhentikan sunyi untuk kunikmati. Menonton pertunjukkan lalu mengambil sesuatu daripada itu untuk aku gunakan sebagai pertimbangan dalam menggerakkan diri.

Keramaian memang patut dirayakan dan kesunyian adalah puncak kelelahan yang menguatkan.

Minggu, 30 Agustus 2015

Kehilangan Hari Minggu

Apa yang membuat hari minggu begitu berbeda? Mengapa dia berwarna merah? Mengapa pemalas semakin banyak?

Aku pernah mengalami minggu yang tak terhitung jumlahnya dan aku memang tak ingin menghitungnya. Minggu bukanlah matematika yang aku benci dan minggu bukanlah kata-kata yang mengucapkan makna dan maksud karena aku sendirilah yang memberi makna dan maksud pada hari minggu.

Bukan untuk mematikan hari minggu tetapi hari minggu akan hidup dari makna dan maksud yang setiap orang buat. Biarlah minggu berkata-kata sesuai intensi dari pelaksana hari-hari yang pasti mengantar pada hari mati.

Mempertanyakan hari minggu yang berbeda adalah kesalahan dan aku ingin bersalah. Oleh sebab itu aku mempertanyakan. Namun minggu menjadi berbeda karena telah dibuat berbeda dan sekarang aku akan memberi warna sendiri pada hari-hariku. Aku akan menempelkan sebuah kertas baru untuk menutup merah dan menggantinya dengan warna yang biasa.

Mungkin itu bisa menjadi jalan untuk memulangkan malas ke alamnya? Padahal alam rasa malas ada di dalam setiap jiwa. Lebih baik aku menikmatinya. Minggu tidak ada hubungan dengan malas tetapi makna dan maksud hari minggu berhubungan dengan setiap jiwa.

Sabtu, 29 Agustus 2015

Ketika Ide Sudah Menguap

Kamu akan kebingungan ketika idemu sudah menguap karena kamu terlampau senang menyimpannya dalam kepala yang mudah bocor. Kecuali kamu memang tak pernag menghasilkan ide, kamu tidak akan pernah mengalami hal ini.

Ide begitu berharga. Bukan mendewakannya atau menjadikannya raja. Tetapi tindakan tanpa ide bukanlah tindakan yang sesungguhnya. Tindakan tersebut akan terombang-ambing oleh tindakan-tindakan lainnya. Bahkan terpaan lembut angin pun akan mudah menerbangkannya.

Ide menjadi sebuah roh bagi tubuh yang bergerak. Ide tanpa gerak memang hanya bualan kepada seisi hutan tanpa penghuni dan tak akan berpengaruh. Ide menjadi dasar dari segala gerak dan membuat gerak dapat bertahan.

Lantas bagaimana jika ide telah menguap dari kepala karena kamu tidak pernah mewujudkannya. Mungkin juga ide tidak menguap namun membusuk di kepala dan hanya menjadi kotoran di kepala.

Jumat, 28 Agustus 2015

Pengantar untuk Mempengaruhi

Pengantar bukanlah sesuatu yang dilakukan karena ketakutan untuk menyampaikan isi. Pengantar bukanlah gaya untuk memperlambat semuanya. Pengantar bukanlah basa-basi hingga basi karena tak sampai isi. Pada pengantar, aku masuk dan itulah pintuku untuk sampai kepadamu.

Pengantar membuat pengaruh luar biasa dan tanpa pengantar, isi akan curiga dari maksud sebuah kedatangan. Pengantar akan membuatku bisa menerobos yang seharusnya tak bisa kuterobos dan pengantar akan membuatku sanggup mempengaruhi lebih dalam lagi. Lagi dan lagi sampai aku masuk pada ruang-ruang yang sebelumnya terkunci.

Hanya orang malas yang akan mendengarkan isi tanpa pengatar dan buat mengetahui sesuatu tanpa fondasi. Ini bukan masalah singkat dan jelas karena pengantarlah yang akan memperjelas semuanya dan menyingkat kinerja.

Pengantar dan basa-basi adalah dua hal berbeda dengan tujuan yang tak sama.

Kamis, 27 Agustus 2015

Membuang Muka Setelah Sejenak Menikmati

Setelah sejenak memandang. Kau buang mukamu ke arah yang tak menarikmu sama sekali. Membuang hanya untuk melarikan. Pelarian yang sebenarnya dapat dilihat oleh sesuatu yang membuatmu berlari. Aku telah melihat mukamu dan begitu pula dirimu tetapi kamulah yang lari dari tatapan itu.

Kita terlalu lama membuat cerita. Muka kita sudah berhadapan dan tak terhitung lagi jumlahnya. Kita saling membagikan semua dengan tatapan dan ucapan. Raut mukamu pun masih terlihat jelas walaupun kamu pergi untuk mencoba memburamkannya.

Tapi semua sudah terjadi. Tak perlu disesali dan buanglah muka lagi. Sudah sepantasnya tatapan ini tidak diterima dengan tatapan. Tidak ada lagi ucapan yang bisa kamu terima. Mungkin kata-kata ini hanya bualah belaka.

Sejenak menikmati lalu membuang muka untuk pergi. Lakukan jika kamu yakin. Aku masih akan menatapmu dan kamu tidak akan mengetahui karena kita tidak saling menatap lagi.

Rabu, 26 Agustus 2015

Rindu tetapi Tiap Hari Bertemu

Rindu tetapi tiap hari bertemu itu pilu
Daripada rindu karena jarak, ruang, dan waktu

Tiap malam aku kesakitan karena merindukanmu dan tiap pagi aku pasti menjumpaimu dengan rasa sakit. Bukan kamu yang menyebabkan sakit tetapi mungkin saja diriku terlalu berlebihan untuk berperan menjadi orang yang sakit.

Peran menjadi orang sakit terkadang membuat gerakku sehat dan semua kesehatan imajinasi bermunculan. Di saat aku sakit semua energi keluar hingga membuatku rindu sakit. Jika cinta yang menciptakan pintu sakitku maka setelah memasuki pintunya dan aku berada di rumah yang sakit itu energi cintaku terus menyembur deras.

Lapindo mungkin iri dengan semburanku yang jelas-jelas tidak bisa terlihat jelas dengan mata buta. Tetapi yang jelas mata terbuka akan mampu membandingkan semburan kesakitan cinta dengan semburan kesakitan alam. Saat ini keduanya bukanlah hal yang sama.

Tiap pagi jika matamu terbuka. Kamu akan melihat sisa-sisa sakitku di malam hari. Tiap hari kamu bisa melihatnya.

Selasa, 25 Agustus 2015

Perhatian Mata Berimbas Perhatian Rasa

Perhatikanlah matanya karena di situlah pintu perasaannya yang paling mudah kamu ketuk. Matanya adalah pintu yang berada di pinggir jalan tanpa pagar yang menghalanginya. Siapapun bisa mengetuknya lewat mata. Hal yang paling mudah dilakukan oleh rasa adalah melihat dengan mata.

Aku akan tersendat berbicara karena tatapanmu walaupun aku lancar ketika menuliskan surat untukmu. Mata itu akan memancarkan cerita ketika terlampau sering dia terketuk karena melihatmu dan mengetahui tindakanmu.

Mata akan sangat mudah menerima sesuatu walaupun banyak yang berbicara mata sanggup menipu. Akan tetapi perasaan juga akan lebih hebat berhadapan dengan penipu. Lewat mata pula dia bisa melihat semua itu.

Pintu yang paling mudah adalah mata. Tunjukkanlah pada dirinya bahwa semua itu memang bukan bualan belaka. Selanjutnya mata akan menghubungkan semua itu kepada rasa. Bahkan, sanggup membuat cerita yang lama di dalam kepala, lebih lama dari yang pernah terjadi. Perhatian mata berimbas pada perhatian rasa. Jika matanya sudah memperhatikan lakumu, berhati-hatilah jika rasanya akan keluar dari persembunyiannya untuk mengungkapkan semua.