Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Jumat, 16 Oktober 2015

Hujan yang Menghidupkan dan Membunuh

Masih berceloteh tentang hujan. Hujan yang penting lalu tiba-tiba tidak terlalu penting. Hujan diadili oleh para penceloteh hujan. Hujan yang tetap sama namun bisa berubah nilai bila datang di waktu yang berbeda. Waktu yang tepat menjadi hal yang penting bagi orang yang sama. Lalu terpikirkan bahwa terkadang bukan salah orang tetapi kesalahan kedatangan.

Hujan yang datang saat dirindukan sudah pasti menghidupkan. Hujan yang datang saat kita dibelai rintik-rintiknya tentu akan menyenangkan. Mungkin juga kita menari di bawahnya dengan kegembiraan. Mungkin juga seperti yang sudah-sudah. Kita menerima percikannya saat berteduh sembari menikmati minuman hangat. Saat  itu benar-benar perasaan ini terpercik nuansa yang menggembirakan.

Kita tidak pernah reda oleh hujan saat itu.

Kemudian hujan datang di waktu yang tidak sama. Hujan bisa menjadi sangat menyebalkan. Rintiknya seperti hantaman. Rintiknya begitu tajam. Selanjutnya basahnya sangat mengganggu. Apa yang bisa dilakukan saat itu selain menghindari hujan dan menutup pintu.

Hujan bisa salah dan juga bisa benar menurut para penceloteh. Tergantung kapan dia datang. Setiap orang pun akan menghadapi penceloteh. Setiap orang bisa salah dan bisa benar. Kadang waktu yang menjadikan hujang menjadi seperti apa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar