Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 21 Mei 2016

Entah Batu Apa yang Melempariku

Sudah dini hari tetapi ini bukan untuk mengeluh. Bukan untuk duduk di sudut ruangan sambil meratap. Mungkin harus menggaruk tembok? Ataukah harus berkhayal dengan indah tentang semua hal yang bisa dibayangkan. Sambil sedikit tersenyum kutulis paragraf pertama ini.

Selama ini aku terbaring terlalu mengikuti hati sedangkan logika seperti bunuh diri karena tidak pernah lagi aku pedulikan. Seperti dilempari batu beberapa hari. Akan tetapi beberapa hari ini hanya merasa diam dan tidak ke mana-mana sambil merasakan sakit itu. Sekarang aku baru tahu bahwa realitas menunggu di depan. Masih aku tersenyum dalam paragraf ini.

Aku mulai mencintai semua hal yang aku lakukan tetntunya bukan hanya dengan perasan tetapi juga dengan logika. Ini seperti menyatukan khayalan dan realitas.

Sekarang aku tahu apa yang sebenarnya ada dan keberadaan itu harus aku nikmati tetapi langkah kaki memang tidak harus berhenti. Sepertinya seribu bayangan sudah ada di depan dan itu sangat dekat sekali dengan realitas. Sangat berharga. Tunggulah aku menyatukannya. Semoga ini membahagiakanmu dan membuatku tetap tersenyum pada paragraf-paragraf selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar