Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Senin, 31 Agustus 2015

Melewatkan Keramaian untuk Memberhentikan Sunyi

Keramaian begitu dicari dan sunyi terus saja dihindari. Kepala tak akan pernah dikunjungi jika terus saja sunyi pergi karena keramaian mendominasi.

Beberapa kali mulut menganga tanpa rasa dosa. mengeluarkan kata-kata yang hanya menjadi hiburan belaka padahal jiwa tersiksa tak pernah terhibur karena pertunjukkan tak pernah terjadi di dalam diri. Bagaimana mungkin akan ada pertunjukan jika keramaian terus saja menguasai.

Ketika aku diam. Aku menganggap bahwa diri ini siap untuk berpentas. Ketika aku diam akan ada banyak tokoh dalam diri yang berkonflik dan bercerita. Ketika aku diam berarti aku telah menonton pertunjukkan yang ada dalam diri. Pertunjukkan yang terkadang membuatku geleng-geleng kepala karena panggung nyata pun terkadang tak menghidangkannya.

Aku mulai tertarik memberhentikan sunyi untuk kunikmati. Menonton pertunjukkan lalu mengambil sesuatu daripada itu untuk aku gunakan sebagai pertimbangan dalam menggerakkan diri.

Keramaian memang patut dirayakan dan kesunyian adalah puncak kelelahan yang menguatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar