Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Minggu, 11 Oktober 2015

Katakanlah Kata-kata Apa yang Berkata

Malam yang tidak terlalu kelam. Hanya sedikit hujan yang menghantam. Cukup membuat basah. Sedikit gelisah dan resah. Tidak ada yang salah. Malam selalu datang lalu pergi dengan sewenang-wenang. Tidak ada manusia yang sanggup melarang. Aku cukup mengenang dengan bola mata yang tergenang pada kelopaknya.

Tidak ada yang keliru dengan hari ini walau sedikit haru. Mata kiri harus mengalami hal yang tidak sama dengan mata kanan. Mata kiri bisa meneteskan air mata namun mata kanan tidak berdaya untuk menirukannya. Biasanya mata memang bekerja bersama-sama bahkan saat harus menitikkan air lalu bergelayutan pada bulu  mata sebelum akhirnya harus membuat sungai di antara pipi dan batang hidung.

Sedikit berpikir tentang kata setelah setiap hari selalu berkata-kata. Sepertinya kata mengalir saja tanpa harus membuatnya. Kata bisa merekayasa kelamnya malam. Lebih menghantam dari hujan. Cukup membuat basah dan lebih meresahkan dan menggelisahkan. Kata selalu benar dan datang dengan sewenang-wenang. Sekarang kata tidak akan pergi lagi untuk mengungkapkan. Aku telah sanggup melarangnya untuk tidak terlalu jauh dariku.

Dulu aku sempat berpikir bahwa kata adalah budak perasaan manusia karena harus menyampaikan pesan tuannya. Sekarang kubiarkan dia menjadi raja yang berkuasa untuk mengatakan segalanya. Jemariku hanyalah perantaranya dan yang ada di kepalaku hanyalah batu loncatan saja. Katakalah bahwa kata-kata telah berkata dengan caranya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar