Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Kamis, 09 Juli 2015

Lamunan Pintu Rimbaku

Lamunan tidak membenturkanku pada kesakitan. Dialah pintu rimbaku yang membuatku tak terbendung untuk memandang sesuatu. Keliaranku menjadi semakin teruji untuk menjelajah setelah melewati sebuah pintu. Lamunan telah mengantarku menjadi manusia yang merdeka dan bahagia.

Lamunan bisa berawal dari kenyataan menuju impian. Lamunan bisa berawal dari impian yang belum menjadi kenyataan. Akan tetapi, aku bisa bertahan berkat lamunan. Dia telah mengantarku ke dalam rimba dan aku berkecamuk di sana untuk menemukan hal-hal baru yang tidak biasa.

Membayangkan rimba di kepala bukanlah perkara yang mudah tapi lakukanlah lamunan akan rimba itu. Di tempat itu akan ada ratap tangis dan gertik gigi. Aku juga menemukan kebahagian tipu daya yang bisa saja terlaksana menjadi realita. Ide bertebaran di lorong-lorong sempit jalanan berumput liar. Singa pemangsa mengajarkanku untuk bersembunyi dan berlari hingga di saat yang tepat akulah pemangsanya.

Rimba yang ada di kepala adalah lamunan yang tiada bandingannya. Mengantarku menjadi manusia yang berguna walaupun sendiri tanpa diskusi. Pikiranku terbelah sendiri dan diri ini menjadi banyak pribadi yang mampu saling berceloteh untuk mengungkapkan sesuatu.

Mencari yang terbaik tak harus keluar dari pintu kamar tapi keluarlah dari realita sejenak dan masuklah ke dalam rimba. Lamunan adalah pintunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar