Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 01 Agustus 2015

Meliuk Menerobos Celah Sempit

Lekukan yang elok. Meliuk-liuk indah. Bergelombang memikat. Lekukan yang elok semakin nampak ketika engkau meliuk-liuk indah. Kemudian menjadi gelombang yang memikat sekujur dan seisi tubuhku. Sesuatu yang mengherankan dan memberi gerak pada rasa terjadi dari hal yang tidak datar dan tidak rata serta tidak lurus-lurus.

Kuingin terus meliuk-liuk. Biarlah orang berpikir bahwa kumengeliat seperti cacing yang kepanasan. Pandangan itu memang tak pernah kupikirkan sembari kuteruskan liukanku untuk bergerak dan mencari celah dan menghidupi seni dalam lakuan.

Air pun mampu menembus dinding kamarku.

Keringat pun mampu keluar dari pori-pori kulitku.

Sampai saat ini aku masih percaya bahwa banyak hal bisa ditembus dan aku hanya perlu menembus satu hal saja untuk bisa bertahan dari sesuatu yang mungkin tak tertahankan karena tidak pernah melatih pertahanan. Satu hal yang membuat kemalasan hinggap dalam darah yang sedang menelusuri sekujur tubuh. Kemalasan menjadi diri tak punya liukan dan wajar bila datar menjadi keseharian.

Semakin kumeliuk. Kusemakin mengerti celah yang bisa kuterobos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar