Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 04 Juli 2015

Kecederaan Menyibakkan Ragam Ketakutan

Kamulah penjahat yang mencederaiku. Membegalku di tengah kawanan perasaan. Kamu telah merenggut ketenanganku. Menyibakkan tirai jendelaku. Kemudian menghadiahkan kepadaku ketakutan. Selanjutnya, kamu mulai menarik milikku di tengah pelarianmu. Aku mengejarmu tapi kecepatmu melebihi kecepatanku. Aku pun tertunduk dan mulai mengikhlaskan semua itu.

Pengalaman itu mendidikku menjadi penikmat kecederaan. Ragam ketakutanku pun semakin tak terhitung jumlahnya. Aku menerimanya dan menjadi diri yang terpanggil mengoleksi kesengsaraan. Aku mulai pasrah untuk gemar menderita. Namun, sengatannya membuatku bergerak tanpa bisa kukendalikan.

Secara tidak sadar aku mulai sadar untuk bersandar pada kesengsaraan. Kecederaan telah menyibak ragam ketakutan. Walaupun terkadang aku perlu konsensus dengan diriku sendiri untuk menyelesaikan pertentangan dalam diri yang mendambakan ketenangan. Ingkar diri memang sering kulakukan untuk mewujudkan.

Dari sebuah kecederaan. Aku mulai bergerak lebih berani dan tidak lagi menakutkan kecederaan lainnya. Bukannya aku tolol harus menerima kecederaan lagi. Namun, semakin rajin dia mengusap diriku akan semakin sering pula ragam ketakutan kukenal dan aku bisa bersahabat dengannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar