Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Rabu, 29 Juli 2015

Laguh-lagah Menerawang Kecemasan

Memangnya hanya dukun yang bisa menerawang. Aku pun bisa asalkan pakainmu berbahan dasar benang yang tak padat. Terawangan yang membuatku terpana senang. Laguh-lagah kesenanganku tak pernah padam ketika kulit lembutmu bisa kurasakan walaupun dari kejauhan.

Lalu suatu malam ketika kipas ruangan lebih kencang suaranya dari apapun. Terbangnya hewan kecil pun terdengar ketika sayap-sayapnya mengepak. Aku cemas dengan semua hal. Kemudian kecemasanku sanggup menghilangkan suara kipas dan terbangnya hewan.

Di dalam kecemasan ternyata ada harapan ataukah harapan berdampingan dengan kecemasan. Dua rasa dalam satu dunia yang mampu mengganggu siapapun juga jika mau merasakannya. Siapa memangnya yang tidak pernah cemas karena harapannya menjadi buram tak terang walaupun bersinar?

Hati besarku berkata bahwa laguh-lagah kecemasan perlu diterawang agar semuanya jelas. Sejelas harapan yang tak pernah diragukan karena sebuah lakuan. Betul aku harus berlaku untuk harapan agar kecemasan terbanting dan terusir dari laguh-lagah kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar