Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Sabtu, 18 Juli 2015

Tatapan Katamu Memilukan

Pilu ketika gencatan kata-kataku tak pernah berlabuh. Hanya menuju lalu pergi jauh mengikuti angin. Sebuah katamu hanyalah tatapan penuh gencatan yang tak sanggup menyentuh kedalaman relung jiwa. Katamu hanyalah reaksi akan kata-kataku yang meluncur deras tanpa mendapatkan saringan dari tuannya. Perasaannya begitu tak terbendung untuk memilah mana yang harus keluar dan mana yang harus bertahan di persemayaman kata.

Katamu memang menatap dan mengacaukan gerak hidupku. Kata itu terus melihat dengan kuatnya walaupun hanya sebuah kata. Kata itu telah mengubah arah mata angin dan putaran jarum jam. Seketika aku kelimpungan melihat kakiku sedang berpijak di mana dan apakah akan kuteruskan. Rasanya keputusan harus segera tercetuskan untuk mengembalikan langkah pada relnya.

Tatapan katamu sudah bukan bentuk tatapan yang melirik lalu memperhatikan. Sepertinya tatapan itu adalah sebuah kemarahan. Tatapan kata yang penuh amarah telah kau selimuti dengan sebuah kata. Tidak ada yang sanggup menafsirkan secara tepat dan mengambil sebuah manfaat.

Sudah tepat rasanya jika aku memalingkan tatapan katamu. Lalu menatapkan kataku kepada tatapan kata yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar