Monster dan Kasih Sayang

Monster dan Kasih Sayang
Masih Menghisap Kasih Sayang Ibu Padahal Sudah Menjadi Monster

Kamis, 16 Juli 2015

Kisah Basah Hujan dan Tanah Kering

Tentang sebuah pergumulan dan persetubuhan yang tidak setiap hari terjadi. Kerinduan yang sudah tertanam dan tak akan tercabut. Bahkan oleh angin topan. Sebuah harapan tentang berbagai kasih pertemuan.

Seandainya tanah tahu di mana sumber hujan. Dia akan rela pecah menjadi lembut debu yang membumbung ke tempat hujan. Walaupun jika terjadi demikian hujan tak akan mengenal tanah. Namun tanah rela asalkan hujan berada tepat di hadapan.

Sudah lama. Tanah merindukan hujan yang enggan untuk datang. Tanah dan di dalam tanah masih ada tanah. Tidak tahu sampai di mana tanah yang bawah. Semua rindu hujan yang datang dari atas. Sentuhan hujan akan membuat tanah riang dan beraroma. Lebih wangi dari wangi lainnya. Walaupun tak pernah tahu siapa pemilik harum itu. Milik hujan ataukah tanah.

Tapi tanah yakin bahwa hujan masih ingin bersentuhan dengannya. Seandainya saja hujan bisa menahan dirinya tak jatuh ke bawah karena gravitasi. Apakah rela basahnya menyentuh tanah cokelat yang kering? Tapi tanah yakin bahwa sesungguhnya kerinduan hujan pada tanah sangat mendalam.

Tak disangka. Ternyata tanah mencintai banyak hal. Dia cinta bunga. Dia cinta pohon. Dia cinta pada akar-akarnya. Tanah cinta pada burung pemangsa sekalipun. Rupanya tanah rindu hujan dan mencintai hal lainnya. Bagaimanakah perasaan hujan?

Kerinduan tipu daya untuk banyak cinta.
Sekarang hujan merasa kecewa dan tanah bahagia karena hujan telah menyentuhnya dan membasahinya. Bahkan tanah mengantongi banyak basahnya ke dalam tanah. Lau membaginya kepada cinta-cintanya.

Tapi kerinduan hujan ternyata tak hanya pada tanah. Dia lebih dulu jatuh pada dedaunan. Jatuh cinta. Mengalir ke ranting. Berhenti satu detik dan masuk pada pori kulit tumbuhan yang terluka. Lalu menelusuri kulit pepohonan dan menyentuh tanah. Sekarang tanah merasa sangat tidak adil. Tanah hanyalah pijakan yang berada di paling bawah.

Pikiran tanah kepada hujan membuatnya tak senang dengan dirinya sendiri. Padahal hujan sungguh rindu tanah. Mengalir melewati apapun. Sampai akhirnya basah hujan juga akan sampai dan berakhir pada tanah. Hujan pun menyerahkan dirinya seutuhnya pada tanah untuk membiarkan tanah mengeluarkan banyak cinta. Banyak kehidupan.

Sebuah kerinduan hujan dan kerinduan tanah. Masihkah cinta harus berlogika dan beralasan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar